"Jadi, bukankah ini malam pertama kita." Goda Eliza mengalungkan tangannya di leher pria yang baru tadi pagi menikahinya.
Lorenzo tersenyum dan semakin menarik tubuh Eliza ke dalam pelukannya.
"Hm, kau harus bersiap, karena kau tidak bisa menghentikanku malam ini." Dia mengendus leher istrinya yang membuat Eliza tersenyum dan mengelus pelan rahang suaminya.
Namun Eliza terkejut dan reflek mendorong suaminya karena ada yang mengetuk pintunya dari luar.
"Maaf, Sayang. Ada yang mengetuk pintu." Ucap Eliza yang membuat Lorenzo tidak memperdulikannya dan kembali merengkuh istrinya.
"Biarkan saja, mereka seharusnya tau jika ini malam pertama kita." Lorenzo kembali mengendus leher Eliza dan bahkan ingin naik dan menyambar bibirnya namun membuat Eliza terkekeh dan lagi-lagi mendorongnya karena pintunya kembali diketuk.
"Buka dulu, aku akan menunggumu. Malam ini aku milikmu." Ucap Eliza tersenyum yang membuat Lorenzo akhirnya menghela nafas panjangnya.
"Sialan! Siapa yang berani mengangguku!" Lorenzo mengomel dan membuka pintunya yang ternyata anak buahnya.
"Berani sekali kau—
"Tuan! Ada hal yang penting, ini menyangkut Tuan Charles." Ucap anak buah Lorenzo.
"Kenapa dengannya? Apa dia sudah mati?" Ucap Lorenzo namun di tanggapi anak buahnya dengan gelengan.
"Kalau begitu Itu bukan hal penting, kenapa kau sampai mengangguku." Lorenzo tetap marah karena merasa itu bukanlah hal penting. Kecuali jika memang dia mendengar tentang kematikan Charles, pria yang sudah mengusir ibunya dan dirinya dan lebih memilih wanita lain.
"Ini ada hubungannya dengan, Nona Eliza." Perkataan anak buahnya akhirnya sedikit meredamkan amarah Lorenzo karena menyebut nama istrinya.
"Apa maksutmu?"
"T-tuan, ternyata Tuan Charles memiliki putri bersama istrinya yang sekarang, dan dia bernama Eliza. Setelah aku memastikannya, ternyata Nona Eliza memang putri kandung dari Tuan Charles dan istrinya."
Lorenzo benar-benar terkejut, bahkan perkataan anak buahnya rasanya seperti petir baginya.
"A-apa? Apa yang kau bicarakan, sialan! Maksutmu Eliza adalah adikku?" Lorenzo marah namun tidak ditanggapi oleh anak buahnya karena merasa takut, dia tadinya juga awalnya tidak menyangka saat mencari tau tenrang Charles yang ternyata memiliki putri dan dia adalah wanita yang dinikahi bosnya. Dengan kata lain bosnya menikahi adiknya sendiri.
"Tidak mungkin! Ini tidak mungkin."
*****
Lima bulan yang lalu
"Sialan!" Umpat Eliza yang marah karena kartunya diblokir oleh ayahnya saat dia berbelanja.
Dia pulang ke mansion dalam keadaan marah karena merasa malu di toko tadi.
Setelah sampai di mansion, ternyata kebetulan ayah dan ibunya sedang ada di ruang tengah.
"Waah-waah tumben sekali kalian ada di dalam rumah. Apa sudah tidak ada pekerjaan yang kalian lakukan." Ucap Eliza yang membuat Charles sang ayah menatap tajam ke arah dirinya.
"Tidak pernah pulang, sering mabuk-mabukan, sering berbelanja, kau menghamburkan uang dan bahkan dalam satu bulan kau menghabiskan uang puluhan miliar, untuk apa semua itu, Eliza." Charles jelas balik marah kepada putrinya karena dia sudah keterlaluan dan menjadi anak yang pembangkang.
"Untuk apa aku pulang, jika kalian saja tidak pernah di rumah? Aku tidak memiliki pekerjaan selain memghabiskan uang kalian, bukankah itu tujuan kalian bekerja?"
"Eliza! Jangan bicaramu. Dia adalah ayahmu. Kenapa kau sekarang menjadi anak pembangkang." Emma sang ibu tentu saja marah karena Eliza berbicara seperti itu kepada ayahnya.
"Ayah? Aku bahkan lupa jika aku memiliki orang tua." Ucapan Eliza semakin membukat Charles marah, bahkan tamparan keras mendadat mulus di pipi Eliza yang membuat dia bahkan istrinya terkejut, karena sebwlumnya Charles tidak pernah main tangan dengan putrinya.
"Papa menamparku?" Lirih Eliza merasakan sesak di dadanya karena ini pertama
Kalinya ayahnya menamparnya
"Itu karena kau sangat keterlaluan, bagaimana kau bisa mengatakan jika kau melupakan orang tuamu." Charles tadinya merasa menyesal karena dia reflek melakukan itu, namun sepertinya memang anaknya harus di beri hukuman agar tidaj keterlaluan seperti ini.
"Itu karena kalian melupakanku sebagai putri kalian, salam satu bulan, bisa di hitung hanya berapa hari kalian pulang, aku membutuhkan kalian sebagai sosok orang tua yang bisa memberiku kasih sayang, tapi kalian sibuk sendiri dan bahkan tidak hadir dalam pesta ulang tahunku, kalian memang membuatkanku pesta untuk merayakannya, tapi kaliam tidak ikut merayakannya. Lalu apa yang harus aku lakukan jika bukan mabuk-mabukan dan berbelanja." Eliza marah dan akhirnya menceritakan apa yang di inginkan olehnya sejak dulu. Di mana memang dia kekurangan kasih sayang orang tuanya.
"Kami bekerja, bukan liburan, dan kau sensiri yang memakainya juga,"
"Lalu kenapa Papa memblokir kartuku, jika memang uang kalian adalah untukku?"
"Itu karena kau sudah keterlaluan, kau terlalu berlebihan menghamburkannya. Jadi mulai sekarang, kau harus makan di mansion dan jangan keluar untuk berbelanja lagi. Atau pergi saja dari rumah ini, tidak perlu kembali, tapi jangan kau membawa sepeserpun uang Papa." Ucap Charles yang membuat Eliza semakin marah.
Dia sangat muak dengan orang tuanya yang bahkan tidak pernah ada waktu untuknya. Dia memang sengaja menghamburkan uang untuk mencari perhatian orang tuanya, dia tau kalau dia mungkin akan dimarahi. Tapi dia tidak pernah menyangka jika ayahnya malah mengusirnya.
Eliza langsung masuk ke dalam kamarnya yang membuat ayahnya sudah menduganya.
"Apa kau tidak keterlaluan memarahinya, Sayang?" Ucap Emma yang tadinya merasa terkejut karena suaminya malah mengusir putrinya, putri satu-satunya yang dia punya.
"Dia tidak mungkin meninggalkan rumah ini atau bahkan menginggalkan semua yang sudah dia punya, aku sngat mengenal putrimu, dia sangat suka menghamburkan uang." Ucap Charles namun lalu mereka dikejutkan oleh Eliza yang menyeret kopernya.
"Ini, aku mengembalikan semuanya," ucap Eliza meletakkan kartu-kartu yang diberikan oleh ayahnya dan bahkan kunci mobilnya.