Namun harapan hanyalah tinggal harapan. Syana mengomeli ayah, dan anak itu. "Oke, kalian sekongkol, aku ngambek!" Syana beranjak menjauh. Rakha, dan Muti saling pandang. "Ayah sih!" Muti mencubit d**a ayahnya. "Ih, kenapa Ayah. Kamu itu!" Rakha menarik puncak hidung putrinya. "Argh, sudah. Ayo susul Bunda!" Ayah, dan anak itu menyusul langkah Syana yang menuruni anak tangga. "Jangan ngambek dong, Bun ...."Muti memeluk lengan Syana. "Kamu kuliah hari ini?" Syana tak menghiraukan bujukan Muti. "Iya, kalau Bunda?" Muti balik bertanya. "Iya, kuliah juga." "Diantar Ayah?" "Eh, jangan dong, nanti ketahuan. Naik mobilmu saja ya." Syana menoleh pada Muti. "Iya, deh. Tapi nggak ngambek lagi'kan, Bundaku tersayang ini." Muti tersenyum sambil terus memeluk lengan Syana. "Aku ngambek sam

