Suatu malam, Anya sedang berjalan melewati sebuah lapangan kosong bersama Nainai Li. Anya tidak ingat umur berapa ia saat itu, atau dari mana dan kemana mereka menuju. Tapi ia ingat kerumunan lampu berkedip melayang diatas lapangan yang gelap. Ia ingat betapa indahnya mahkluk itu. Ia ingat Nainai nya berseru ketika itu. “Lihat, An! Kunang-kunang. Tahukah kamu bahwa kunang-kunang dipercaya sebagai pembawa lentera bagi orang yang sudah meninggal? Lampunya menuntun mereka untuk kembali ke dunia menemui orang-orang yang ditinggalkan.” *** Handphone Jackson berdering di dalam saku celananya. Ia menariknya keluar dan melihat layarnya dengan alis berkerut tidak mengenali nomor yang tertulis di dalamnya. Ia menekan tombol hijau dan mendekatkan perangkat itu ke telinganya. “Halo?” “Jackson?