When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
*** “Mommy…!” pekik Amara. Suaranya penuh kegembiraan. Tanpa ragu, bocah itu melompat ke arah Emely, memeluk pinggangnya erat-erat. Emely terpaku sesaat, sedikit terkejut oleh antusiasme itu. Namun, instingnya mengambil alih dan ia segera membalas pelukan Amara. Gerakannya memang sedikit canggung, tetapi wanita itu tidak bisa menahan senyumnya yang perlahan muncul. Blue, yang berdiri di sudut ruangan, memperhatikan adegan itu dengan tatapan sulit diartikan. Ada campuran emosi di matanya. Kebanggaan, kepuasan, dan sesuatu yang lain—mungkin harapan yang belum terucap. Emely memegang kedua lengan kecil Amara yang melingkari pinggangnya, lalu dengan lembut mengurai pelukan itu. Ia berjongkok, menyamakan tingginya dengan gadis kecil tersebut. Tatapannya bertemu dengan mata Amara yang berbin

