6. Hidup harus terus berjalan!

1078 Words
Pov. Nic Tin Tin Tin. . Rupanya ojol yang kupesan sudah datang, aku bergegas ingin segera keluar dari rumah laknat itu. “Maaf, ojolnya dah datang, Nic permisi dulu.” kata ku dengan santai tapi kalau sebenarnya di dengarkan pasti tahu kalau ada getaran nyeri di setiap apa yang aku katakan itu. Aku bangkit diikuti oleh calon mantan suamiku, sedang yang lain hanya duduk tanpa ingin melihat keluar, apakah aku akan baik baik saja atau tidak? “Sayang . . “ “Sudahlah mas!” “Jangan blokir telepon mas ya!Kalau ada apa apa, kamu bisa hubungi, begitu pula dengan mas!” “Dimasa yang akan datang kamu dan aku bukan siapa siapa lagi, mas! “ Perkataan ku bergetar karena emosi yang saat ini kutahan. Aku benci banget sama laki laki ini, aku sudah tak tahan untuk bisa menangis dan meraung. “Sayang, aku minta maaf, sungguh aku khilaf melakukan itu, waktu itu aku ada dalam pengaruh obat perangsang, sayang . . .” “Cukup!” hatiku sakit dan emosiku memncak saban kali terngiang adegan silat lidah dan pikiran pikiran liar yang terus bersliweran karena kemarahan yang belum bisa terlampiaskan. Aku ingin menenangkan diri, walau ujungnya adalah perceraian yang akan kuambil, karena bagiku perselingkuhan adalah hal yang paling tak bisa di tolerir. “Aku pergi dulu, mas!” “Sayang, apa kamu sudah tak lagi mencintai mas? “ tanyanya dengan sendu, jujur saja . . . biasanya kalau aku lagi marah dan melihat Hasan seperti ini, maka aku akan memaafkannya, tapi kali ini entah kenapa itu berat rasanya. Aku menarik nafas dan menghembuskannya dengan kasar. “Apakah saat aku bilang kalau aku masih mencintaimu akan membuat aku lupa saat aku melihat pengkhianatanmu, mas?ap saat aku memaafkanku aku tak lagi mengingat saat ternyata ia hamil denganmu?” tanyaku dengan amarah yang kutahan, binar mataku pasti bisa menjelaskan kalau aku benar benar marah dengan apa yang ia lakukan di kantor tadi. Aku melihatnya sendiri, dan aku sakit karenanya. “Kenapa kamu keras kepala seperti ini? Tidak Bisakah kamu memaafkan aku Sekali Ini Saja?” tanya hasan dengan mengiba, Dia mungkin sama saya tidak bisa menduga kalau keinginannya kali ini akan berakibat aku akan semarah itu. “ Biar aku menenangkan diriku, mas! Aku pergi!” kataku tak ingin memperpanjang kata karena terus terang saja hasan itu sangat pandai memaksa, Dulu pun aku pada awalnya terpaksa menerima paksaannya karena malas untuk berdebat dengan dirinya. Tapi kali ini aku tidak akan kalah dan aku tidak akan menyerah. Aku harus bercerai dari manusia manipulatif seperti ini karena terus terang saja terkadang aku bisa saja memaafkan segala kesalahan tapi terus terang tidak untuk kesalahan yang satu ini. “Mas akan kasih waktu kamu untuk berpikir, tapi jangan lupakan klau hanya mas yang sangat mencintai kamu.” katanya dengan nada penuh cinta, tapi itu sudah tak membuat aku terpesona lagi. Aku hanya diam dan memasuki taksi online yang akan membawaku ke tempat yang sudah aku pikirkan. Biarkan aku menjauh dan tenang tanpa mereka, dan menunggu hasil persidangan cerai. Mudah mudahan akan cepat terkabul dan aku akan bisa pergi jauh membawa anak ini dari keluarga terkutuk itu. Lihat saja, aku akan bisa membalaskan perilaku keluarganya yang sering menghinaku. *** Sesampainya aku di hotel, aku sekarang membersihkan tubuhku dan bersiap bahwa ini hanya Hotel persinggahan sementara saja sedangkan aku memang memikirkan untuk pergi keluar kota namun Rencanaku itu harus benar-benar matang dan tidak boleh ketahuan oleh Mas Hasan karena bisa-bisa dia akan menghalang-halangi. Aku juga tidak mungkin datang kepada panti asuhan di mana aku dibesarkan dulu, karena itu sama dengan memberikan petunjuk kepada Hasan untuk menjemputku di sana. Aku sebenarnya sudah memiliki destinasi yang sangat tepat untuk seorang yang memiliki pekerjaan menulis seperti diriku ini, yaitu sebuah tempat yang nyaman dan juga tenang. Rencananya aku akan menyewa sebuah tempat di desa, selain harganya pasti lebih murah di sana juga lebih tenang karena menulis membutuhkan ketenangan sedangkan saat ini ketenanganku sedang tidak ada pada tempatnya. Drrrtt drrtt Kulirik sejenak Siapa yang menghubungi aku ternyata itu adalah Lintang, sahabat seperjuangan di kepenulisan. “ Sorry, Nic! Kamu tadi pas menghubungi aku, aku sedang ada di jalan. Gimana gimana ? Ada yang bisa aku bantu?” “Lin, bantu aku cari rumah sewa di daerah Lembang dong! Soalnya aku ini lagi proses cerai sama suamiku, jadi aku mau menenangkan diri sekaligus healing di daerah yang sunyi dan tak terjangkau oleh suamiku. “ “Hah? Bercerai?” “Nanti saja aku ceritakan, yang pasti bantu aku mencari rumah sewa di daerah yang kayak Lembang gitu.” “Bogor mau? Aku ada di daerah Sentul.” “Astoge itu mah mahal bebs! “ “Ya ampun kamu kan penulis dengan honor dolar, lagian cerita kamu kan selalu boom dipasaran.” “ He he he harus hemat dulu nih cyn! “ “Tenang kayaknya gak semahal pikiran kamu deh. Itu punya uwak aku, gampanglah masalah harga, nanti aku yang tanggung jawab.” “Besok udah bisa kutempati?” “Kayaknya bisa sih, kan tempatnya kayak Mezzanine gitu, kamu pasti suka, dekat banget sama tempat tracking gitu.” “Oke deh, aku mau, asal gak mahal sewanya.” kataku dengan senang sambil menutup panggilan teleponku dengan Lintang, paling tidak satu masalahku mengenai dimana aku tinggal sudah terpenuhi, aku juga akan sewa pengacara untuk memuluskan niatku bercerai sama Hasan, sehingga aku bahkan tak perlu bertemu lagi dengan dia. Jujur jauh di dalam hatiku yang paling dalam ada rasa gentar ketika aku harus menyandang predikat sebagai seorang janda. Yah tahulah konotasi negatif sebagai janda itu kan pasti tidak enak. Apalagi saat ini aku sudah berbadan dua dan tidak mungkin orang lain tidak akan tahu mengenai hal ini karena perutku akan semakin lama semakin besar. Tapi kalau disuruh hidup serumah dan seranjang dengan orang yang sudah menghianati tentu aku juga tidak akan sanggup melakoninya karena aku akan terus-menerus dilanda kecemasan Yang Tak Berujung dibayangi kekhawatiran Apakah Hasan melakukan hal-hal yang seperti kulihat di kantornya . Alhasil aku hanya bisa berpasrah saja dengan Tuhan, kemana Ia akan membawa ku, aku akan berusaha menjalaninya dengan ikhlas. Hidup akan selalu terus berjalan kan? “Semangat sayang, kamu adalah sumber kekuatan mami, dan yang bisa menghibur mami yang terpuruk dan kesepian.” gunamku lirih. Air mataku lolos tanpa bisa kutahan, dan kali ini aku hanya bisa menekuk lututku dan bersimpuh di kakiNya, berharap akan ada keajaiban yang akan menolong aku besok dalam pencarianku akan tempat tinggal yang nyaman. Aku tidak lagi sebatang kara ada baby di dalam perutku yang akan menemani aku.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD