Bab 6. Hypnotic

1205 Words
Jill sama sekali tidak terlihat seperti sedang bercanda ketika mengatakan bahwa Dreyfus akan menyerahkan misi tersebut kepada mereka. Wanita itu justru terlihat begitu antusias. Hanya saja … Joseph tak memiliki bayangan apa pun tentang misi yang dibicarakan oleh Jill. Apa yang harus dia lakukan dalam misi itu? Menghabisi nyawa seseorang? Meratakan markas kartel yang menguasai sebagian besar wilayah Amerika Selatan itu dengan bom berdaya ledak tinggi? Atau dia harus datang ke markas The Demon untuk berduel dengan anggota kartel tersebut? Joseph sama sekali tak mengerti. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Entahlah, Joseph merasa bahwa dia tidak seharusnya berada di tempat itu. Misi, kerjasama dengan pemerintah … itu semua omong kosong! “Dreyfus berjanji padaku bahwa dia akan memberiku jalan untuk membalas dendam kepada Andrew Reyes. Aku tidak seharusnya berada di dalam misi itu,” sangkal Joseph. Jill mengibas tangan di depan wajah dengan senyum miring saat berpaling sekejap dari Joseph. “Aku percaya Dreyfus akan menepati janjinya. Dia pasti akan memberikanmu sarana untuk membalas dendam. Dan percayalah, kau akan mendapatkan semuanya. Namun, tidak semudah itu untuk mendapatkan apa yang kau inginkan, Hunter. Dreyfus perlu menguji dirimu terlebih dahulu. Andrew Reyes adalah orang yang tak mudah didekati. Untuk bisa mengantarmu pada pria itu, Dreyfus butuh sebuah jaminan.” “Jaminan? Hah?!” Joseph mendengkus kasar. “Omong kosong apa lagi itu?!” pupusnya. “Maka kau tidak akan pernah mendapatkan apa yang kau inginkan,” balas Jill. Seketika itu Joseph memalingkan wajah pada Jill. Menyipitkan mata seolah meminta Jill untuk mengulang apa yang wanita itu katakan sebelumnya. “Dengar, Hunter. Dreyfus sudah melakukan banyak hal, termasuk mengambil risiko untuk berhadapan dengan Andrew Reyes saat memutuskan untuk membawamu ke markas. Aku akan memberitahu sesuatu padamu,” kata Jill yang lantas menoleh ke kanan dan kiri, memastikan tidak ada orang yang mendengar pembicaraan mereka. “Dreyfus sudah memperhatikanmu sejak lama. Kau ingat dengan peristiwa saat di Jacksonville Pride? Di sanalah Dreyfus pertama kali melihatmu membawa lari putri Andrew Reyes dari festival. Dreyfus terkesan dengan caramu mengelabuhi anak buah Andrew.” Joseph menipiskan bibir. Peristiwa itu sudah sangat lama. Saat itu tidak ada hal lain yang terpikir oleh Joseph selain membawa Camila keluar dari rombongan dan bersenang-senang. Dia bahkan tidak pernah berpikir bahwa hari-hari setelah itu akan semakin rumit untuk dia jalani. Dari seorang mekanik dengan sebuah bengkel kecil menjadi buronan orang paling berpengaruh di kota itu. “Jadi tua bangka itu sudah mengincarku sejak lama?” komentar Joseph yang terdengar sarkas. Jill terkekeh. “Jangan terlalu sering mengoloknya,” ujar wanita itu. Sangat jelas terlihat di wajah Joseph betapa pria tersebut sangat kesal dengan fakta yang disampaikan oleh Jill. Di mana Dreyfus diam-diam mengawasinya sejak lama. “Dengar!” Jill menautkan pinggulnya yang terbungkus gaun seksi pada pinggiran meja. Berdiri dengan posisi menghadap pada Joseph. “Kau boleh membenci Dreyfus karena sudah mengawasimu sejak lama. Tapi aku sangat yakin jika dia akan segera memenuhi janji itu padamu. Percayalah! Seorang Carnicero tidak akan mengkhianati Carnicero yang lain.” Entah harus percaya atau tidak dengan apa yang dikatakan Jill. Karena beberapa hari semenjak pesta itu, Dreyfus sama sekali tidak pernah terlihat di markas. Begitu pula dengan anggota Carnicero yang lain. Markas kembali sepi setelah pesta itu usai. Ucapan Jill tidak terbukti. Dreyfus hanya meninggalkan sebuah pesan bahwa Joseph harus melatih fisiknya lebih keras lagi. Harus meningkatkan kemampuan bela diri serta keahlian menggunakan senjata. Dan semua itu dia pelajari di dalam markas. Banyak sekali senjata dengan berbagai jenis dan ukuran yang tersedia di markas. Sebagian tertata rapi di dinding dan sebagian lagi ada di dalam kotak penyimpanan yang memenuhi gudang senjata tersebut. Suami Camila itu memang sudah tidak asing dengan senjata, meski selama ini yang dia miliki hanyalah senapan angin untuk berburu. Ketika harus menggunakan senjata semi otomatis yang lebih canggih, tentu dia butuh penyesuaian. Selain itu, tekanan yang berbeda antara kedua jenis senjata tersebut akan sangat berpengaruh pada akurasi tembakan. Untuk itu, Joseph perlu mengasah kemampuannya lagi. “Pilihan yang bagus,” komentar Jill saat datang ke tempat latihan tembak. Wanita itu menilik pada sepucuk senjata api laras pendek semi otomatis yang ada di tangan Joseph. Sejak pesta itu, ini adalah pertama kalinya Jill menampakkan batang hidungnya di markas. Dengan pakaian khusus untuk berlatih yang saat ini membalut tubuhnya, wanita itu terlihat sangat berbeda. Kesan cantik dan seksi memang melekat sangat kuat dalam diri wanita itu. Namun, dengan pakaian yang dikenakannya saat ini, Jill terlihat lebih berbahaya. “Kau kembali?” tanya Joseph yang mulai terbiasa dengan kehadiran Jill. “Memangnya aku harus ke mana lagi selain kembali ke sini?” Senyum miring tercetak di bibir wanita itu. “Ini adalah rumahku. Sudah sewajarnya aku kembali ke sini,” imbuhnya. Joseph tak menanggapi jawaban Jill dengan kata-kata. Melihat wanita itu beberapa saat lantas memalingkan wajah dan melarikan pandangannya pada papan sasaran. Headphone sudah terpasang di telinga untuk meredam suara letusan senjata. Serta kacamata keamanan yang akan melindungi netra dari selongsong yang beterbangan, gas panas, dan partikel timbal dari peluru yang dikeluarkan. Kemudian, Joseph membidik titik sempurna pada sasaran yang berjarak sepuluh meter dari posisinya. “Perhatikan posisi tanganmu, Hunter,” ucap Jill saat melihat posisi tangan Joseph yang terlalu tegang. Mendengar ucapan Jill, Joseph setengah berpaling pada si wanita. Mengalihkan fokusnya dari papan sasaran. Jill berjalan ke arah Joseph lalu berhenti persis di samping pria tersebut. “Genggam dengan kuat, tapi jaga bahumu untuk tetap santai. Lihatlah, lenganmu terlalu tegang, ini akan menciderai otot bahkan sendimu,” jelas Jill seraya menunjuk otot lengan Joseph yang terbalut kaus press body berwarna abu-abu. Seperti yang dikatakan Jill, sejak tadi Joseph merasakan otot di lengannya begitu nyeri akibat entakan senjata saat memuntahkan peluru. Mungkin ini adalah efek tangannya yang terlalu tegang saat memegang senjata. Berbeda dengan posisi saat dia menggunakan senapan angin miliknya yang harus miring 40 derajat dan kedua tangan yang menekuk untuk mendapatkan posisi yang benar, menggunakan senjata leras pendek memiliki teknik yang berbeda. “Biarkan aku menunjukkannya padamu,” kata Jill selanjutnya. Wanita itu mengambil alih senjata di tangan Joseph lalu memberikan contoh dalam membidik sasaran yang benar. Punggung wanita itu terlihat tegak dengan tangan lurus menggenggam senjata kuat-kuat namun tetap rileks di bagian bahu dan lengan. Di detik berikutnya …. Sebuah peluru melesat dan mengenai sasaran tepat pada titik sempurna. “Sudah melihat perbedaannya?” tanya Jill seraya menurunkan senjata lalu memberikannya kepada Joseph. “Cobalah!” Joseph menerima senjata itu lalu mengambil posisi berdiri di tempat yang tepat. Otaknya sudah merekam apa yang dilakukan oleh Jill dan sekarang dia harus meng-copy teknik tersebut untuk dapat mengenai titik sempurna sasaran. “Rileks,” ucap Jill yang berada dalam jarak sangat dekat dengan Joseph. “Fokus,” ucapnya lagi dengan setengah berbisik di telinga si pria. “Tembak!” Suara Jill seolah mampu menghipnotis Joseph hingga pria itu menekan pelatuk persis pada saat Jill mengatakan “tembak”. Seolah-olah Jill masuk ke alam bawah sadar dan memberi perintah kepada seluruh sel di tubuhnya untuk melakukan apa yang dikatakan wanita tersebut. Apakah bermain dengan sugesti dan hipnosis adalah salah satu kemampuan Jill? Karena ini kah Dreyfus merekrutnya sebagai salah satu Gladiator? Kecantikan dan kemolekan yang dipadukan dengan kemampuan hipnosis bisa menjadi senjata yang sangat berbahaya. Terutama jika target yang harus dihadapi adalah seorang pria yang gila wanita.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD