Tiba-tiba suara nyaring memecah kehangatan sore itu. "Alula! Apa-apaan ini? Kamu menyuruh Arga mengulek sambal?!" suara Nyonya Mirna menggema dari arah pintu belakang rumah, ekspresinya penuh kemarahan dan kekecewaan. Alula tersentak, refleks berdiri dari kursinya. Arga juga langsung berdiri, mencoba menenangkan ibunya. "Buk, bukan Alula yang nyuruh. Aku yang—" "Diam, Arga!" potong Nyonya Mirna tajam. "Kamu itu anak laki-laki dari keluarga Bimantara, bukan pembantu! Sudah hilang harga diri kamu hanya karena perempuan ini?!" Alula menggigit bibirnya, menunduk dalam diam. Matanya mulai memerah, tapi ia menahan air matanya. Ia tidak ingin terlihat lemah, apalagi di hadapan ibu Arga. "Buk, cukup. Jangan bicara seperti itu ke istri saya," ucap Arga tenang, tapi nadanya tegas. "Saya melaku