Claudia berdiri di depan mereka dengan ekspresi yang tajam, menatap Arga dan Alula secara bergantian. Suasana di ruangan itu terasa semakin tegang, seolah segala perasaan yang dipendam oleh Claudia akhirnya meledak. "Arga," kata Claudia dengan suara yang penuh keyakinan, "kita sudah lama tahu kalau pernikahan ini hanya kontrak. Aku tidak bodoh. Setelah anak itu lahir, kamu harus bercerai dari Alula. Itu yang kita sepakati, bukan?" Arga terpaku, kata-kata Claudia menyayat hatinya. Ia ingin membantah, namun tak bisa. Ia tahu persis apa yang dikatakan Claudia adalah kenyataan yang tak bisa disangkal. Meskipun ada rasa bersalah, cemas, dan bahkan sedikit bingung, Arga tahu pernikahannya dengan Alula sejak awal memang hanya karena keadaan. Namun, meskipun ia tak bisa memungkiri kenyataan itu