Nadira berulang kali melirik jam dinding, ada cemas di hatinya memikirkan Ine yang akan melamar menjadi sekertaris CEO. Itu artinya dia akan sering bersama Bryan. Nadira gelisah, ia tidak konsentrasi dengan pekerjaannya. Diliriknya Bryan yang duduk di depannya. Lelaki itu sibuk mengutak atik laptopnya. "Jika Ine serius ingin menjadi sekertaris CEO, apa Mas Bryan akan menerimanya?" Bryan melirik Nadira sesaat, kemudian kembali fokus pada layar laptopnya. Melihat Bryan tidak menjawab, Nadira menggrutu. "Susah banget ya, menjawab pertanyaan istri sendiri?" gumamnya, lalu berusaha fokus ke layar leber di depannya. "Kamu barusan bicara apa?" "Lupakan saja, tidak pentik." ujar Nadira cemerut. "Owh, masalah Ine? Kenapa bertanya padaku, bukankah saat ini CEO nya Dave? Biarkan saja dia