Baby Blues

1050 Words

Tujuh hari kepergian Ayah, aku mulai bisa menerima kenyataan meredam kehilangan yang begitu membekas. Namun, aku belum bisa menyentuh Edo. Aku dulu sangat menginginkan dan mendambakannya, tapi kini kehadirannya seolah sulit aku terima. Entahlah, aku susah mengungkapkannya. Terkadang aku ingin menyentuhnya, terkadang pula aku takut. Suara tangis putraku memenuhi ruangan, memecah kesunyian dengan nada yang menusuk hati. Namun, tubuhku terasa kaku, enggan bergerak mendekatinya. Setiap seruan tangisnya seperti lonceng kematian yang menggema, mengingatkanku pada ketidakmampuanku sebagai seorang ibu. Tiba-tiba saja aku insecure. Aku merasakan beban yang begitu berat di dadaku, seakan setiap tarikan napas adalah usaha yang menyakitkan. Mataku memandang Edo dengan perasaan terasing yang tak dap

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD