bc

Sorry, I Love Your Daddy: Antara Aku, Kamu, dan Ayahmu

book_age18+
1.3K
FOLLOW
11.3K
READ
aloof
sweet
bxg
cowboy
single daddy
small town
secrets
lonely
love at the first sight
Neglected
like
intro-logo
Blurb

Seumur hidupnya, Adinda Putri Abimanyu selalu menjadi yang terabaikan di keluarganya. Ia tidak pernah terlalu dipedulikan karena ia adalah anak kedua. Karena itulah ia memutuskan pergi untuk melanjutkan kuliah di Texas, Amerika.

Liburan musim panasnya di sebuah peternakan di Kentucky, membawanya bertemu dengan pria istimewa itu. Ia, si gadis yang serba teratur, jatuh cinta tanpa pernah ia rencanakan sebelumnya.. Namun, putra pria itu yang justru jatuh cinta padanya. Dan pria istimewa itu...mengabaikannya...

Jesse Nicholas Wells, seorang koboi tunawiacara yang selama ini menjalani hidupnya dengan tenang, tiba-tiba bertemu dengan gadis cantik yang mengusik perhatiannya. Selama ini, ia selalu menjaga jarak dari wanita karena tahu jika ia adalah pria cacat. Para wanita tidak ingin berhubungan dengan orang cacat sepertinya.

Namun, Adinda berbeda. Gadis itu mendekatinya dan terang-terangan berkata jika menyukainya. Jesse bimbang. Di satu sisi, ia merasa ketertarikan pada Adinda. Di sisi lain, ada putranya yang juga menyukai Adinda.

Dan ketika perasaannya pada Adinda semakin dalam, mantan kekasihnya, sekaligus ibu dari putranya, kembali. Lalu, siapa yang harus Jesse pilih? Adinda yang baru saja memasuki hidupnya? Atau Chassidy yang selalu ada di hati Jesse selama belasan tahun?

chap-preview
Free preview
1. Sindrom Anak Tengah
Adinda Putri Abimanyu menjalani dua puluh dua tahun hidupnya dengan selalu menjadi yang tidak terlihat dan terabaikan di dalam keluarga. Sang ayah, Bagus Abimanyu, lebih dekat dengan si sulung, Ananda, dan ibunya, Citra Aulia Abimanyu, jauh lebih menyayangi si bungsu, Aidan. Bahkan sebenarnya, sebelum ada Aidan pun, dirinya memang tidak pernah terlalu diperhatikan. Fokus orang tuanya selalu lebih kepada Ananda, dan kemudian beralih ke si bungsu begitu Aidan lahir. Tidak pernah kepada dirinya. Seharusnya, hanya perlu ada satu anak perempuan dan satu anak laki-laki saja di rumah sehingga tidak akan ada anak yang merasa tersisih seperti dirinya. Atau dua anak laki-laki atau perempuan dan bukan tiga! Keluarga itu akan bahagia dan tenteram dengan hanya ada dua anak. Tidak akan ada yang merasa terasing seperti dirinya. Adinda tahu Papa cukup menyayanginya. Ia tahu Mama sedikit peduli padanya. Ia juga tahu kedua saudaranya mencintainya. Namun, dirinya pun juga tahu, jika ia tidak pernah menjadi yang istimewa bagi mereka semua. Ya, mereka semua. Sejak dulu, Adinda hanyalah anak tengah yang kalem, pendiam, dan menerima semuanya tanpa banyak protes. Papa selalu mendahulukan Ananda, Mama selalu lebih mementingkan Aidan, dan dirinya, selalu tidak pernah menjadi prioritas siapapun. Ia selalu menjadi bayang-bayang yang tak terlihat di sudut yang gelap. Meskipun saudaranya jarang sekali bersikap tidak adil padanya, tetapi Ananda juga selalu lebih dekat dengan Aidan. Ananda adalah kakak sempurna bagi Aidan dan Aidan adalah adik laki-laki yang selama ini selalu Ananda inginkan. Kadang, ia memang menghabiskan waktunya dengan Ananda, tetapi mereka berdua terlalu berbeda. Adinda lebih senang dengan berbagai kegiatan ‘perempuan’, sementara Ananda tidak. Ketika ia mengajak kakaknya itu ke Mall atau ke salon, Ananda lebih sering menolak dengan alasan proyek. Ananda memang berprofesi sebagai seorang arsitek seperti Papa. Jadi, wajar jika kakaknya itu memang jauh lebih tomboy dan menyukai kegiatan lapangan daripada pergi ke Mall atau salon. Dengan Aidan, juga tidak jauh berbeda. Ia bisa mengobrol dengan adiknya itu, tetapi tidak pernah seseru jika Ananda dan Aidan berinteraksi. Terlebih setelah Aidan berhubungan dengan Ameera dan Ananda menjadi lebih dekat dengan gadis itu. Adinda menjadi semakin asyik dengan dunianya sendiri. Jauh di dalam hatinya, Adinda ingin sekali-sekali Papa akan berkata bangga padanya seperti yang selalu dikatakan pada Ananda. Ia ingin, sekali saja, Mama berkata bahwa ia sayang pada Adinda seperti yang selalu Mama utarakan pada Aidan. Namun, semua prestasi yang ia raih, nilai-nilai sempurna yang selalu ada di rapornya hanya sebuah angin lalu bagi orang tuanya. Mereka hanya akan berkata, “bagus, Adinda,” dan setelah itu pergi dari hadapannya. Tidak ada peluk cium dan pujian berlebihan seperti jika Ananda atau Aidan yang meraihnya. Tidak seharusnya seseorang diabaikan seperti itu ‘kan? Tidak satu orang pun yang harus menjalani hidup seperti itu seburuk apapun ia. Akan tetapi, selama dua puluh dua tahun ini, Adinda selalu menjadi barely in the background. Ia hanyalah pelengkap keluarga Abimanyu yang bahagia dan sempurna. Ia hanyalah anak kedua. Hanya adik dari Ananda yang penuh semangat, dan kakak dari Aidan yang cerdas. Selain itu, ia bukan siapa-siapa meskipun selalu meraih nilai tertinggi di sekolah. Lalu lambat laun, hal itu tidak lagi menyakitinya. Ia terbiasa menjadi yang terabaikan dan tidak diperhatikan. Ia menyimpan hasil belajarnya sendiri, ia mengajukan penerimaan beasiswa secara diam-diam, dan kemudian pergi jauh dari rumah. Menjalani hidupnya sendiri. Sudah hampir satu tahun ini, Adinda menjalani program masternya di Austin, Texas. Beberapa kali dalam sebulan, ia akan menghubungi orangtua dan saudaranya. Namun, bahkan meskipun ia sudah pergi sejauh ini, mereka seperti tidak kehilangan dirinya. Tidak banyak yang mereka tanyakan setiap kali dirinya menelepon. Yeah, seperti itulah risiko menjadi seorang anak tengah. Kalian tentu pasti pernah mendengar istilah Middle Child Syndrome atau sindrom anak tengah. Anak kedua akan merasa tertekan, terasing dan dibedakan dari saudara-saudaranya yang lain. Anak tengah tidak pernah menjadi favorit anggota keluarga yang lain dan cenderung diabaikan. Itulah, yang Adinda rasakan selama ini. Kadang, ia bermimpi menjadi satu-satunya. Ia bermimpi Papa dan Mama selalu memperhatikannya. Ia bermimpi bisa memiliki semua kasih sayang yang Ananda dan Aidan miliki. Akan tetapi, bahkan dalam mimpi pun, ia tidak bisa memiliki semua itu. Karena pada kenyataannya, ia tetap membutuhkan Ananda dan Aidan dalam hidupnya. Ananda selalu menjadi kakak terbaik yang pernah ia miliki. Gadis itu selalu membagi apa yang dia punya pada Adinda. Mereka juga menjadi teman yang sangat dekat sebelum ada Ameera dan Ananda menjadi sangat dekat dengan kekasih Aidan itu. Aidan juga selalu melindunginya meskipun anak itu adalah bungsu dalam keluarga. Aidan selalu bersikap bahwa ia adalah ‘kakak’ hanya karena ia anak laki-laki satu-satunya. Aidan kecil juga selalu berkata jika anak itu menyayangi kakak Inda, panggilan Aidan dulu padanya. Tidak bisa dipungkiri, bahwa meskipun ia adalah bukanlah si istimewa dalam keluarga, Adinda bahagia memiliki Ananda dan Aidan sebagai saudara. Tanpa mereka, Adinda tidak akan seperti ini. Dan meskipun selamanya ia hanya akan menjadi si tengah yang tidak pernah menjadi pusat perhatian, Adinda bersyukur atas hidup yang dimilikinya selama ini. Ia bahagia menjalani apa yang ia miliki sekarang. Dan sekarang, ia hanya akan bahagia untuk dirinya sendiri. .... “Kita akan berangkat ke peternakan besookk!!” Teriakan riang langsung terdengar begitu Clara memekikkan kata-kata itu. Sekarang, sudah mulai liburan musim panas dan mereka akan menghabiskan waktu liburan ini bersama. Oh, ‘mereka’ yang Adinda maksud adalah dirinya dan ketiga cewek sahabatnya, Clara, Brittany, dan Victoria. Sekarang ia memiliki sahabatnya sendiri. Orang-orang yang satu frekuensi dengannnya dan yang mengerti akan dirinya. Yang menghabiskan waktu bersama dengan hal-hal yang mereka sukai. Ke salon, belanja, makan coklat tengah malam, dan begadang menonton serial televise ketika akhir pekan tiba. Sejujurnya, Adinda merasa agak menyesal tidak keluar dari rumah sejak ia baru saja lulus sekolah menengah. Seandainya ia juga menjalani kuliah sarjananya di luar negeri, hidupnya pasti akan jauh lebih ceria dengan teman-teman yang ia miliki. Di kampus, mereka berempat menjadi mahasiswa S2 yang paling muda dan seumuran. Teman-teman yang lain rata-rata berusia di atas mereka. Hal itu menjadikan mereka berempat cepat akrab dan kini menjadi sahabat. Adinda tinggal bersama Clara sementara Brittany dan Victoria berbagi kamar di sebelah apartemen yang Adinda huni. “Peternakan milik siapa?” tanya Adinda sambil memakan kacang almondnya. Mereka berempat sedang berkumpul di apartemennya. Ngemil, bergosip, dan mempercantik diri. Itu adalah rutinitas wajib setiap mereka mulai liburan. “Kakekku punya peternakan kecil di Kentucky dan ia selalu memintaku untuk berlibur di sana. Yeah, kesepian yang mulai dirasakan pria tua seumurannya selalu membuat kesal anak-anaknya. Aku tidak ingin pergi sendiri. Kalian mau ikut ‘kan?” Britt dan Vic berseru dengan riang dan sangat setuju dengan usul itu. Namun, ketika tidak mendengar jawaban apapun dari Adinda, mereka bertiga menoleh padanya. “Kau juga harus ikut! Tidak ada alasan bekerja atau semacamnya,” kata Clara sambil melotot. Selain kuliah, Adinda juga bekerja paruh waktu di sebuah biro hukum. Selama ini ia sering absen liburan atau berakhir pekan bersama sahabatnya karena ia harus bekerja. Ia menyukai pekerjaannya sebagai asisten pengacara itu sehingga jarang mengambil libur. Akan tetapi, musim panas ini, Rebecca, atasannya, mengambil cuti dan akan pulang ke negara asalnya di Kanada, sehingga semua pegawai biro kecil itu libur. Jika ia tidak ikut, jelas ini akan menjadi tiga bulan terpanjang tanpa kegiatan yang akan ia alami. Tentu saja Adinda bisa pulang ke Jakarta, tetapi ia tidak ingin pulang. Tidak ada yang terlalu dirindukannya di rumah. Lagipula, pasti juga tidak ada yang merindukannya juga. “Aku tidak akan bekerja, tetapi apa kalian benar-benar ingin pergi ke sana? Itu peternakan! Di sana pasti panas, bau, dan kotor. Apa yang akan terjadi pada kukuku nanti?” Adinda memandangi kukunya yang sudah di kuteks warna-warni dengan cantik. Gagasan menghabiskan liburan di luar negara bagian ini memang terdengar menggiurkan, tetapi untuk berada di peternakan, oohh, Adinda tidak bisa membayangkan jika ia harus membersihkan kotoran hewan, memberi makan kuda, atau mengumpulkan jerami. Tidak, ia tidak suka itu. Jika Ananda yang ditawari, gadis itu pasti langsung berbinar dan mengangguk tanpa berpikir dua kali. Ananda selalu suka berada di tempat yang panas, kotor, dan bau seperti itu. Clara kembali melotot. “Kita tidak akan bekerja di sana. Hanya berlibur dan bersenang-senang. Oh, dan melihat koboi-koboi seksi bekerja.” Koor riang kembali terdengar dari Britt dan Vic. Para pria seksi selalu menarik wanita muda seperti mereka berdua. Salah, mereka berempat. Baiklah, ia bisa tahan dengan kotoran dan bau itu. Asalkan, ada koboi seksi bersamanya! “Aku ikut! Aku akan menjadi rodeo girl di sana!” ucap Adinda yang disambut pekikan riang para gadis-gadis lainnya. Nah, kau tahu ‘kan, hidup sendirian jauh dari keluargamu tidak selalu buruk. Dan kadang, kalian perlu mengangkat pantat kalian dari rumah untuk melihat dunia di luar jendela rumah. Percayalah, itu sebanding dengan pengorbananmu!

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.2K
bc

My Secret Little Wife

read
98.7K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook