Jam makan malam mereka berdua keluar dari kamar. Rian menyiapkan piring dan juga minuman untuk Dinda dan Ara. Sedangkan Dinda membangunkan Ara yang katanya sedang istirahat. Baru saja dia membuka pintu, ia melihat adiknya masih terlelap dan bahkan belum mengganti seragamnya. Perlahan kaki jenjang Dinda melangkah mendekati adiknya yang sedang tertidur di atas ranjang empuk ukuran sedang. Ia mengusap kepala adiknya pelan, “Ra, ayo bangun! Makan malam dulu,” Dinda mengguncang tubuh adiknya pelan. Ara menggeliat dengan malas-malasan. “Masih ngantuk kak,” “Nanti tidur lagi, kamu belum makan lho,” Rian sudah mengajarinya bagaimana menghadapi Ara. Tidak mungkin juga akan terus menghindari adiknya sendiri karena takut jika pria itu direbut darinya. bahkan menurut penjelasan Rian, pria itu ti