Saat aku mulai menangis, pintu kamarku tiba-tiba dibuka. Lantas, aku melihat dia berdiri di sana, dengan wajah merenggut heran. Manik matanya yang hitam, seakan menembus ke dalam jiwaku. Detik berikutnya, aku mendadak merasa lega. "Kamu sedang apa?" tanyanya heran dan bingung melihatku duduk sembari menangis. "Bagas, kamu Bagas kan?" Aku bertanya meskipun sudah tahu kalau jelas, yang berdiri di depanku adalah adik kandungku. Namun, bisa saja, itu bukan dia kan? Tidak ada yang benar-benar bisa dipercaya dari rumah ini sekarang, termasuk orang-orang di dalamnya. Mereka bisa saja jelmaan setan. Mengingat, beberapa kali, aku melihat penampakan yang mengerikan. Keluargaku juga mengatakan hal yang sama, mereka bilang, aku sudah sarapan, padahal, aku sama sekali belum makan atau keluar dari kam

