Elang dengan tampang datar berjalan mendekat kearah brankar yang dihuni Putri dan Jeni. Namun ada yang beda kali ini, tatapan Elang lebih tajam dan menusuk dari biasanya.
"M-mas Elang.."
"Kalian pikir hal seperti ini bisa buat lelucon?" Tanyanya begitu tenang, tapi sarat akan ancaman.
"T-tidak.."
"Kali ini tindakan kalian sudah keterlaluan!" Putri dan Jeni langsung mencelat kaget mendengar bentakanya itu.
Jantung ... jangan lepas dulu, ya.
"Kamu pikir dengan berpura-pura pingsan seperti itu akan membuktikan sesuatu, TIDAK!" Elang melempar bungkus makanan yang ada ditanganya kearah Putri. Tadi dia langsung keluar demi membelikan makanan untuk gadis itu, tapi ternyata niat baiknya itu cuma dijadikan bahan lelucon seperti ini?
Lucu sekali, ya.
Putri yang melihat Elang pergi itupun langsung menyibak selimutnya dan berlari cepat mengejar Elang. Entah kenapa dirinya merasa kalau semua ini tidak benar ... semoga Mas Elangnya masih mau menemuinya.
"Mas Elang tungguin aku!!" Putri berteriak-teriak sepanjang koridor tanpa peduli banyak orang yang tengah menontonya maupun menggosipkanya terang-terangan.
Putri gak perduli apapun saat ini.
Cuma Mas Elang saja yang terpenting.
"Mas!!" Putri menghadang Elang saat tepat di belokan yang sepi, deru nafas ngos-ngosan dan wajah yang sudah amburadul tidak dia pikirkan saat ini. "Mas Elang maafin aku!" Putri menunduk takut. Melihat rahang tegas Elang yang bergemelatuk dengan sorot membunuhnya membuat Putri serasa dibunuh lewat laser matanya, tubuhnya sudah tremor dengan wajah yang sangat pias.
"M-mas Elang ... aku gak maksud bohongin Mas, t-tapi kalau tidak begini Mas Elang gak akan pernah notice aku." Putri melirik Elang takut-takut, bentuk wajahnya masih sama seperti tadi. "J-jadi terpaksa aku pake cara kayak gini, maafin aku ... Mas." Tambahnya dengan nada lebih pelan dari tadi. Putri sudah menundukkan wajahnya karna takut dengan tatapan membunuh Elang yang dilayangkan padanya.
"Jeni yang nyuruh kamu?" Putri mendongak reflek, yang dikatakan Elang benar sekali. Tapi mana mungkin Putri akan menumbalkan sahabatnya itu, mau bagaimanapun juga disini dirinya yang salah.
Jeni seharusnya tidak terseret-seret.
"N-nggak kok Mas! Jeni gak ada hubungan apapun dengan rencana ini. Semua ini murni salah aku." Jawab Putri dengan nada meyakinkan.
Elang diam dengan wajah tak terbaca membuat Putri tidak bisa menebak apa yang sedang dipikirkanya. Gadis tinggi itu hanya bisa berdoa saja, semoga kemarahan Elang akan reda.
Elang yang sejak tadi diam nyatanya memang tidak berniat untuk membuka suara lagi. Pemuda berwajah tegas itu langsung pergi begitu saja meninggalkan Putri yang termenung sendirian disana.
Putri menghela nafas berat, mencintai seseorang yang tidak pernah melihatmu sama sekali itu memang sangat menyakitkan.
***
"Put maafin gue, ya?" Putri menghembuskan nafas panjang dengan kesal. "Iya Jeniiii ... lo itu udah ngomong 11 kali sejak kita masuk tadi." Balas Putri yang sudah mulai gemas sendiri.
Jeni mencantolkan tasnya di punggungnya sambil mencebikkan bibirnya, gaya sok-sok imut yang jatohnya malah najisun.
"Kan gue takut lo ntar marah sama gue, trus lo jauhin gue gitu." Tuturnya sambil mengamati Putri yang mulai beranjak dari bangkunya itu.
Putri mengembangkan senyum manisnya, "uluh-uluh cayangkuu ... gak nyangka gue kalo lo sesayang itu sama gue." Putri menoel-noel pipi Jeni dengan mata yang menyipit senang.
Jeni menepisnya kasar, "ya kagak lah!" Sahutnya cepat, "gue takut kalau lo jauhin gue maka gue gak bisa nonton album MV K-pop yang original lagi."
Putri mengumpat seketika.
"BANGSUL LO JEN!!" Pekiknya lalu hendak mencakar Jeni, tapi agaknya Jeni sudah ancang-ancang duluan. Dia langsung berlari cepat meninggalkan Putri setelah mengatakan semua itu. "Punya temen dua gak ada yang normal! Satunya kadal wujud crocodile, sisanya cuma mau morotin MV gue doang. Sinting semua!" Gerutu Putri sambil berjalan keluar dari kelas.
Padahal jika diamati lebih lanjut ... Putri pun juga sama gak normalnya, emang ada cewek yang cinta mati kayak Putri? Setiap hari bawain bekal, setiap hari stalker, dan setiap hari selalu gagal dalam rencananya.
Jadi yang benar adalah mereka bertiga emang sama gak normalnya.
"Eh?!" Putri tersentak kaget saat mendapati siluet dua orang didepanya. Nampak Elang sedang berbincang serius dengan Kakak kelasnya yang Putri tau dia adalah sekretaris OSIS. d**a Putri makin meradang saat melihat Elang tersenyum, tipis banget. Kearah gadis berjilbab putih itu.
SIALAN!
Oke, satu rival gak masalah buatnya.
Jika kalian pikir Putri akan melabraknya sambil ada adegan jambak-jambakan khas cewek normal, maka itu salah besar! Putri itu cerdik, maka cara balas dendamnya juga harus elegan dong.
Putri berjalan kearah parkiran, matanya langsung berbinar saat melihat sepeda matic dengan helm hitam yang tercantol di spionya. Dengan sigap Putri langsung menoleh kekanan dan kekiri, berjaga-jaga kalau ada guru atau siswa yang lewat.
'Good sepi!"
Dengan cepat Putri langsung menggembosi ban motor itu, lalu saat mendengar suara langkah kaki yang mendekat Putri langsung bersembunyi dibalik mobil yang ada disana.
Sasaran mendekat Bung! Hati Putri sudah bersorak-sorai saat melihat wajah kelabakan Kak Rensi. Gadis yang jauh lebih pendek darinya itu memiliki wajah campuran indonesia-Timur Tengah, jadi jangan heran jika dia sangat religius.
"Duh ... kok bisa bocor, sih!" Gumamnya yang masih bisa didengar oleh Putri. Wajah bingung Kak Rensi seolah menjadi obyek hiburan gratis untuknya.
"Kenapa?"
Putri melotot kaget, Elang ... kok bisa sih datang begini?!!
Rensi menoleh kearah Elang dengan wajah melasnya, cuih! Najis banget. "Ban motor aku bocor, Lang." Jawab Rensi sambil menunjuk kearah ban yang bocor.
Elang mengamatinya sekilas lalu mengambil helm Rensi. Wait .... mau ngapain, hah??
"Ayo aku anter." Sambil menyerahkan helm tadi kearah Rensi.
Putri membekap mulutnya kuat-kuat. Jangan tereak, jangan tereak pliss...
"Gak usah Lang, rumah aku gak searah sama rumah kamu." Sahut Rensi dengan wajah sungkanya.
Elang tak merespon tapi malah mengeluarkan motor besarnya lalu menghentikanya tepat didepan Rensi. "Naik!" Satu kata tapi sudah mampu membuat gadis berjilbab itu menurut begitu saja.
Lalu mereka berdua keluar dari halaman parkir bergoncengan.
Putri menggigit bibirnya kesal.
"Rencana gue kapan sih berhasilnya?!!" Pekiknya sudah hampir gila.
****
"Cucu Kakek kok cemberut gitu wajahnya?" Putri menoleh kearah Kakeknya lalu mendekati lelaki yang sudah berkepala lima itu dengan langkah tak semangat.
"Putri lagi kesel, Keeek!" Adunya sambil memeluk manja Suherman, si direktur utama sekaligus pemilik SPT Grup Corporate. Perusahaan terbesar di kota ini yang bergerak dibidang tekstil.
Suherman mengelus surai coklat Cucunya itu dengan penuh kasih sayang, "ada apa hm? Ada yang nakalin kamu di sekolah?" Tanyanya dengan gaya tenangnya. Jika didepan rekan bisnisnya dia akan terkenal sangat tegas, berwibawa, dan paling diwaspadai.
Tapi itu tidak berlaku untuk Putri, si Cucu semata wayangnya yang sangat disayanginya itu.
"Gak ada yang nakalin Putri kok, Kek." Jawab Putri sambil membenarkan posisi duduknya. Ya kali ada yang nakalin dirinya, yang ada malah Putri yang jahilin Kakak kelasnya.
Herman, sapaan akrabnya. Dia mengangkat sebelah alisnya bingung, "trus? Kok kamu kesel?"
Putri mencebik kecil, "Putri lagi patah hati." Jawab gadis itu dengan wajah polosnya, "segala macam cara Putri lakuin tapi kenapa Mas Elang gak kepincut yha sama Putri?" Heranya sambil memutar-mutar rambut pirangnya itu.
Herman menggeleng tak percaya mendengar penuturan Cucunya ini, "kamu masih gagal deketin cowok itu? Mau Kakek bantu, hm?" Tawarnya membuat Putri langsung menggeleng cepat.
"Ogah ah, ntar bukanya dapet Mas Elang yang ada malah Mas Elang ilfil sama aku!!" Tolaknya tegas. Tak sadar saja dirinya jika Elang sudah ilfil padanya sejak dulu.
Herman tertawa kecil, momen seperti inilah yang selalu membuatnya merasa senang dan tenang. Cucunya ini merupakan berlian terindah dalam hidupnya. "Yaudah, trus kamu maunya apa?"
Herman menatap manik Hazel cucunya itu sambil mengulas senyum samar. Putri terdiam sejenak lalu langsung menjawab semangat. "Putri mau tas Chanel yang keluaran terbaru!! Palingan cuma ratusan juta, Kek!!" Serunya sangat semangat. Sangat tidak nyambung dengan pembicaraan awal mereka tadi.
Herman menggeleng lumrah, sudah biasa dengan tingkah absurd Cucunya ini. "Iya nanti kamu beli saja, Kakek yang bayarin." Jawabnya tenang. Putri bersorak bahagia.
"YEAAAY!! MAKASIH KAKEKKU SAYANG!!" Kemudian Putri langsung berhambur ke pelukan Herman. Membuat Herman terkekeh pelan melihat sifat manja Cucunya ini.
Apapun akan dia lakukan demi kebahagiaan Putri, karna cuma dia yang Herman miliki saat ini.
***
TBC.