Pundak Rex melorot. Ia menyeka keringat dingin di dahi dengan jemari sambil terus mencari serpihan-serpihan memori yang mengingatkannya pada peristiwa yang tertulis dalam buku harian itu. Rex merasa terjebak oleh kalimat-kalimat yang tertuang di sana. Sejauh pikirannya berkelana, ia tidak menemukan apa pun tentang itu. “Rex, jujur saja sama aku kalau kamu pernah ada hubungan dengan Melanie,” ucap Alya setengah memaksa. “I’m not sure.” Rex ragu. “Aku tidak mengingat semua itu.” “Oh, come on, Rex! Di buku ini sudah jelas kalau Melanie menulis nama kamu sebagai cowok yang—“ “Betul itu,” potong Safia dengan nada geram. “Kamu masih mau mengelak?” Jon tidak tinggal diam. Sedikit banyak ia mencermati apa yang tertulis di buku harian Melanie dengan kenyataan yang ia ingat. Ia lalu memberi m