17

1357 Words

Jam sebelas siang, Nayara terkejut oleh ketukan tegas di pintu kamarnya. Begitu dibuka, ia mendapati Adiraja berdiri dengan wajah khasnya—tatapan dingin, rahang mengeras, dan nada suara yang tidak membuka ruang diskusi. “Keluar. Coba ini,” ujarnya singkat, lalu berbalik tanpa menunggu reaksi. Dua perempuan yang membawakan deretan gaun segera membimbing Nayara ke ruang rias. Tanpa banyak tanya, Nayara mengikuti, masih bingung dengan maksud semua ini. Sementara itu, Adiraja sudah duduk santai di sofa ruang tengah, satu tangan memainkan Maxbook di pangkuannya, tangan lain menopang dagu, menunggu. Matanya sesekali melirik ke arah koridor. Gaun pertama. Gaun panjang tanpa tali berwarna putih gading menyelimuti tubuh Nayara dengan anggun. Bahan satin yang mengilap mengikuti lekuk tubuhnya,

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD