Deza duduk memegangi pinggangnya. Rasanya pegal karena berjalan mondar-mandir ke sana kemari. Ia perhatikan dekorasi kamar kakaknya yang sudah dipenuhi bunga-bunga mawar dan kantil, menguarkan aroma khas wangi bunga. Deza melirik kakaknya yang duduk di ujung ranjang. Gamis dan khimar yang ia kenakan bernuansa serba putih, simple, elegan, dan terlihat begitu cantik, secantik yang mengenakannya. Deza bisa melihat wajah cantik kakaknya terlihat bahagia, tapi di sisi lain juga tampak cemas dan gugup. Deza menggenggam tangan kakaknya erat, “Kak, jangan terlalu nervous. Ini bakal jadi moment bersejarah dan paling krusial dalam kehidupan Kakak.” Khansa mengulas senyum, “Iya Dez. Tapi kakak tetap aja gugup, deg-degan.” Deza tersenyum, “Semua pasti akan berjalan lancar.” Khansa berusaha mensta

