"Enggak mungkin!" Alice menggelengkan kepala berkali-kali, menyangkal ingatan yang sedari tadi menari-nari di dalam kepalanya. Semakin keras ia sangkal, semakin jelas ingatan itu mengejeknya. "Aku pasti sudah gila!" Alice menangkup wajahnya, masih tidak menyangka bahwa ingatan tersebut benar-benar nyata. Bukan sekedar mimpi. "Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan!" Bahu Alice merosot, ia menyembunyikan wajahnya di atas lipatan tangannya di meja. "Bego! Bego! Bisa-bisanya ... aissh!" Alice kesal sendiri, ingatan akan kejadian dini hari tadi benar-benar membuatnya frustrasi. Ya, ingatan akan apa yang telah ia lakukan dengan si tengil Ragas. Entahlah, apa yang membuatnya terlena, sampai-sampai ia turut menikmati ciuman cowok itu. Sungguh, Alice masih tidak habis pikir, bisa-bisanya ia malah m