KEMBALI

1805 Words
"Om Khalif, Abang Rezky pergi sama Om, ya ?" Tanya seorang anak laki - laki yang duduk di meja makan. Lengkap dengan seragam TK. Sedangkan di samping nya duduk seorang pria mengenakan stelan kantoran sedang melahap roti bakar nya. "Kenapa harus sama Om?" Tanya pria tersebut, yang tidak lain adalah Khalif. "Mama sama Ayah, kan Ada ?" Anak kecil laki - laki itu mendelik kesal. Lalu menoleh pada seorang pria yang duduk ujung meja makan sedang menikmati kopi sambil membaca koran. "Malas " Khalif menaikkan satu alis nya, heran dengan jawaban ponakan nya yang masih berumur lima tahun itu. "Kenapa ?" "Soal nya, Ayah nanti di genitin ibu - ibu. " saat itu lah tawa Khalif pecah. Ia mengacak gemas rambut ponakan nya. "Hahaha... kenapa emang nya ?" "Gak boleh, nanti Mama marah " jawab Rezky, merapikan kembali rambut nya. Khalif menoleh pada sosok wanita yang baru saja masuk ke dapur dengan masih mengenakan piyama tidur. tapi, sudah segar. sambil menggendong bayi perempuan yang masih berumur dua tahun. "Bagus, anak Mama makin pintar " ujar wanita tersebut, sambil mengecup pipi anak nya. Pria yang sejak tadi fokus pada koran nya hanya terkekeh geli sendiri. Sedangkan Khalif hanya menggeleng heran. "Lif, nanti mau langsung balik ke apartemen ? Gak tinggal di sini aja ?" Tanya Kinal, kakak ipar nya. "Iya kak, Khalif tinggal di apartemen aja. Biar lebih bebas gitu " jawab nya. "Kemarin abang udah nyuruh orang buat bersihin apartemen itu. Udah lama juga gak di tinggali " jawab Dika, abang nya yang kini sedang memasukkan bekal ke dalam tas kerja nya. "Bang, ayo berangkat. Sama Ayah aja. Om Khalif, harus ke kantor nya " ujar Dika, pada Rezky anaknya. Ia membantu memakai kan tas anak nya. Rezky mengangguk lemah. Masih tidak rela harus di antar Ayah nya. "Abang duluan, assalammualaikum " ujar Dika berpamitan. Khalif mengangguk, kemudian menyalami abang nya. "Duluan Om, assalammualaikum " susul Rezky, juga menyalami Khalif dengan sopan. Khalif mengangguk, dan membiarkan Kinal untuk mengantarkan suami dan anak nya ke depan. Sedang kan ia kembali menikmati sarapan nya pagi ini. *** "Kak, Khalif berangkat ya. Assalammualaikum " pamit Khalif, pada Kinal. Kinal yang ikut keluar rumah mengantarnya mengangguk. Khalif menyalami tangan nya. "Hati - hati " Khalif mengangguk, kemudian masuk kedalam mobil nya. Hingga mobil nya bergabung dengan kendaraan lain nya di jalanan. Dengan santai Khalif menyusuri jalanan. Sambil sesekali tersenyum sendiri. Ia melirik pada tangan kiri nya. Melihat gelang yang sedikit usang di makan waktu. Tapi, gelang itu terlalu berarti untuk di buang. Bahkan, mungkin sampai kapan pun gelang itu tidak akan pernah di buang oleh nya. Wush Sebuah mobil tiba - tiba melaju cepat menyelip mobilnya, membuat Khalif sedikit kaget dan hilang kendali. Ia berdecak kesal, dan kemudian ikut menambah kecepatan mobil nya. Dan, ia tersenyum puas saat mobil nya berhasil menyalip mobil itu. Khalif, mengerutkan dahi nya saat melirik spion samping nya. Dan melihat mobil itu seolah mengejar nya. Cittttt Mobil itu berhenti dengan seenak nya menghalangi jalan nya. Membuat Khalif berdecak kesal. Tapi, sejenak kemudian ia memicing matanya melihat seorang perempuan keluar dari balik kemudi. Ia merasa tidak asing dengan perempuan itu. Walau pun perempuan itu mengenakan masker dan kaca mata. Tapi, ia yakin kalau ia mengenal perempuan bertubuh ramping bak seorang model. Ia melirik pada mobil di depan nya. Dan memicing matanya pada plat mobil. Senyum nya merekah, ia pun memutuskan untuk membuka pintu mobil dan keluar. Ia masih menatap perempuan itu dengan lekat. Shania Jantung nya berdebar cepat, ia melangkah dengan begitu percaya diri. Membuat perempuan itu menghentikan langkah nya. Dan menatap lurus pada Khalif. Hingga Khalif tiba di hadapan nya, ia masih memicing matanya pada Shania. Walau di halangi oleh kacamata, Khalif tau kalau Shania kaget menatap nya. "Hai... Shania " sapa Khalif, lengkap dengan senyum nya. Dengan perlahan Shania mundur, lalu berbalik dan langsung masuk kedalam mobil nya. Membuat Khalif menatap heran, ia berdiri menatap kepergian mobil yang sangat ia kenali itu. Ada apa dengan nya ? Apa tidak mengingat ku ? Batin nya sendiri. Lalu ia pun ikut bergegas masuk mobil mengingat ia sedang di tunggu orang. *** Khalif memasuki loby sebuah gedung pencakar langit. Dengan penuh percaya diri, ia melangkah menuju meja resepsionis. "Permisi mbak, ruang pak Harlan Briptama di lantai berapa ?" Tanya Khalif. Tapi, wanita di balik meja bukan nya menjawab malah menatap nya dengan tatapan lekat dan terpesona. Membuat Khalif tersenyum sambil menggeleng heran. "Halooo.. mbak.. " ucap nya sambil melambaikan tangan di depan wajah wanita itu bermaksud untuk menyadarkan si wanita. "Hah ? Maaf Pak, sa..." "Pak Khalif, ?" Seorang wanita menyela jawaban si resepsionis. Dan membuat Khalif menoleh cepat. Ia langsung mengangguk dan tersenyum ramah. Membuat gadis di depan nya salah tingkah. "Saya Tiara, sekertaris pak Harlan " "Oh, saya Khalif " ujar Khalif, menjabat tangan wanita cantik di depan nya dengan sopan. "Mari, anda sudah di tunggu " ujar Tiara. Khalif mengangguk, ia berbalik pada si resepsionis. Mengucapkan terima kasih lalu berlalu mengikuti Tiara. *** Cklek Pintu ruang rapat di buka dari luar, membuat para anggota menoleh ke arah pintu. "Akhir nya datang juga, ayo masuk " ucap Harlan, ia langsung menghampiri Khalif dan merangkul nya berjalan mendekat. "Maaf pak, saya telat. Ada sesuatu yang harus saya selesai kan lebih dulu " jawab Khalif. Harlan mengangguk mengerti. "Ya, tidak apa - apa. " jawab Harlan. Keduanya berdiri di ujung meja. "Semua nya, kenalkan ini bapak Teuku Khalif Wahed. GM baru OCEAN corn. " Boby yang mendengar itu langsung menatap tidak percaya. Bahkan kaget bukan main. Mungkin, bukan hanya dia tapi juga para anggota direksi lain nya juga sama. "Maaf, Pak Harlan. Apa anda tidak sedang bercanda ?" Tanya salah satu di antara mereka. Harlan tertawa pelan, ia melirik pada Khalif yang juga mengulum senyum maklum. "Ya.. saya paham keraguan kalian. Umur bukan patokan jabatan seseorang. Pak Khalif baru berumur 23 tahun, tapi di seorang yang jenius, dua aplikasi Game kita, yaitu Arena Figth dan Arena legends. Sukses besar. Kalian harus tau siapa yang membuat nya. Yaitu, Khalif " Semua terperangah tidak percaya, dan berdecak kagum. "Khalif, selamat datang di OCEANCorn pusat. Semoga kamu betah di sini " ujar Harlan. "Makasih pak " jawab Khalif dengan sopan. Khalif pun berkenalan dengan para dewan direksi dan juga para petinggi perusahaan. Termasuk Boby. "Hai, apa kabar ?" Sapa Khalif dengan ramah. "Baik, " jawab Boby dengan datar. "Kalian saling kenal ?" Tanya Harlan. "Ya Pa, " jawab Boby. Khalif hanya mengangguk, lalu ia di persilahkan untuk duduk. Dan mengikuti rapat untuk hari ini. Dia juga di persilahkan untuk mempresentasikan rancangan baru nya. Sejak tau kenyataan bahwa ia harus mengubur impian terbesar nya untuk menjadi seorang TNI. Karena masalah mata kiri nya. Membuat nya sempat terpuruk. Tapi, tekad membuat nya harus belajar keras untuk bisa masuk universitas unggul di indonesia. Dan ia memilih ITB bandung. Mengambil jurusan IT. Ia belajar dengan begitu giat. Ia harus membuktikan pada seseorang kalau ia layak dan pantas untuk Shania. Khalif bahkan mampu menyelesaikan kuliah nya dalam waktu tiga tahun dan mendapat gelas sarjana. Dan langsung mendapatkan pekerjaan di salah satu perusahaan asing di bandung. Dari sana lah ia memulai karir nya. Berkerja keras, siang malam bahkan sampai keluar masuk rumah sakit. Mencipta kan sebuah game. Jika, yang lain bekerja dengan tim. Dan hasil harus di bagi rata. Tapi,Khalif memutuskan untuk bekerja sendiri. Dengan begitu hasil nya hanya di bagi dua, yaitu dirinya dan perusahaan. Hingga ia di bayar mahal untuk satu game. Dan di gaji dengan nominal besar. Drngan otak jenius nya ia bisa berinvestasi di beberapa usaha. Ia juga memiliki saham di beberapa perusahaan. Bahkan kini gaji nya melebihi para anggota DPR. Perbulan. Selesai mengikut rapat, Harlan mengajak nya berkeliling untuk memperkenalkan perusahaan nya. Dulu, Khalif bekerja INTERcorn. Yaitu sebuah perusahaan milik seorang yang berkebangsaan jerman di Bandung. Tapi, dua bulan lalu Harlan menawari nya pekerjaan baru. Dan dengan gaji yang lebih besar tentu. Juga jabatan yang tinggi. Harlan bahkan menawarkan saham pada Khalif di OCEANcorn. Selain gaji dan jabatan yang menjadi alasan ia mau pindah. Karena, ia juga merasa sudah waktu nya buat nya kembali. Tepat nya menjemput yang pernah ia tinggalkan sementara. Selesai dengan semuanya, Khalif memutuskan untuk pulang. Ia sampai di apartemen nya jam delapan malam. Setelah istirahat sejenak, dan bebersih. Khalif memutuskan untuk keluar ingin mencari makan. Baru saja ia akan memasuki mobil nya, matanya melihat sosok Shania keluar dari dalam lift dan berjalan menuju mobil yang di parkir cukup jauh dari mobil Khalif. Cowok itu membatalkan niat nya untuk mencari makan dan memilih untuk mengikuti Shania. *** Suara musik berdentum keras, Shania berjalan dengan santai. Membelah kerumunan manusia yang sedang asik menikmati musik. Ia memilih menuju bar. Duduk dengan anggun, memesan minuman nya. Setelah itu hal yang sudah biasa ia lakukan. Menatap kosong pada para manusia yang sedang asik berjoged. Fikiran Shania melayang pada kejadian siang tadi. Pertemuan nya kembali dengan Khalif. Shania meneguk minuman nya dalam sekali teguk. Lalu kembali meminta tambah. Fikiran nya menjadi kacau sejak siang itu. Bahkan dengan seenak nya ia membatalkan syuting nya. Ia juga membatalkan beberapa pemotretan juga manggung nya. Membuat Winda uring - uringan. Dan dia hanya tidak acuh pada Winda yang terus di omeli. Shania kembali meneguk minuman beralkohol itu. Saat ini ia membutuhkan minuman itu. Untuk menjernihkan fikiran nya. Berkali - kali ia meneguk nya. Membuat sang bartender yang memang mengenal nya menegur, tapi Shania mendelik bahkan menatap penuh ancaman. "Ya Tuhan, ini anak kenapa sih? Duh.. ini kalau Boby tau abis gue " ucap Raka, sang bartender. Tapi, Shania tidak memperdulikan nya. Ia terlihat mulai mabuk berat. Bahkan, pandangan sedikit buram karena pengaruh alkohol yang begitu banyak. Entah berapa lama ia duduk di sana, dan menikmati musik dan keramaian dalam CLub tersebut. Khalif berfikir seribu kali untuk masuk kedalam. Ia menimang ribuan kali, ada perasaan marah, kecewa dan cemas dalam waktu bersamaan. Hingga ia menekan abis ego nya dan memutuskan untuk masuk. Setelah melewati pemeriksaan ketat, ia berhasil masuk. Dengan bergidik ngeri ia terus menyusuri lorong dan suara hentakkan musik memekakan telinga nya. Membuat nya mengerang frustasi. Ia mengitari matanya untuk mencari sosok Shania dari lautan manusia yang memenuhi club tersebut. Rahang nya mengeras melihat Shania duduk di depan meja bar, dengan seorang pria di samping nya. Ia langsung melangkah cepat, tidak memperdulikan orang yang di tabrak nya. Emosi nya berada di atas puncak saat pria itu berani menyentuh paha Shania. Bugh Orang - orang yang berada di dekat meja bar kaget. Saat pria itu terhempas kelantai karena Khalif menerjang nya. Khalif meraih kerah baju pria itu, dan menatap begitu tajam. "Jangan.pernah.berani.menyentuhnya.!" Ucap nya dengan penuh penekanan. Kemudian ia langsung berdiri dan berbalik pada Shania yang sudah tidak sadarkan diri. Membuat Khalif harus menelan bulat - bulat kemarahannya. Tanpa, memperdulikan larangan Raka, Khalif langsung memapah Shania yang setengah sadar untuk pergi. Mengabai semua tatapan kearah nya. Dan Raka tidak bisa berkutik, namun ia dengan segera menghubungi Boby.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD