Menghilang

864 Words
Gadis cantik itu terlihat bersemangat dan terburu-buru menghampiri mereka. Dari seragamnya terlihat dia adalah pegawai toko tersebut. “Nyonya, aku mohon izin, boleh aku berfoto dengan adik kecil?” tanya gadis itu dengan ekspresi malu dan pipi yang memerah dengan mata penuh harap. Di tangannya dia memperlihatkan ponsel yang sudah dalam mode kamera. Sierra terdiam sejenak. Selama ini dia memang jarang bepergian, apalagi dengan mengajak Ans seperti saat ini. Apakah Ans memang benar sangat imut dan tampan sehingga orang tak dikenal yang melihatnya pun begitu menyukainya Sierra bertanya-tanya di dalam hati. Sierra tahu benar bahwa anaknya tidak suka difoto. Ans lebih rela dihukum atau diminta melakukan hal lainnya dibandingkan harus berfoto. Sierra merasa, sepertinya sifat ini diwariskan dari Daniel sepenuhnya. Sierra melirik Ans dengan tatapan bertanya, dari raut wajahnya terlihat jelas dia tidak bersedia. Wajah kecilnya yang biasanya tanpa ekspresi jika bertemu orang asing, semakin terlihat dingin saat suasana hatinya memburuk, persis seperti ayahnya. “Maaf, aku…” Saat Sierra hendak menolak, tiba-tiba terdengar sebuah suara “Kakak, Ans mau berfoto denganmu, tapi…” Mendengar jawaban Ans, mata pegawai toko itu bersinar penuh harapan, “Tapi apa?” “Dua ratus ribu sekali foto.” Sambil memperlihat dua jarinya yang membentuk huruf V, mata bulatnya menyipit dan membentuk bulan sabit, sehingga aura super imut Ans langsung terpancar keluar tak terbendung. Tanpa ragu, pegawai toko itu mengangguk penuh semangat, menyetujui permintaan Ans. Cepat-cepat ia merogoh saku rok nya dan mengeluarkan dua lembar kertas merah dan memberikannya pada Ans. Melihat hal itu, Sierra menepuk dahinya pelan. Putranya jelas-jelas sedang menggoda gadis itu. Sambil menggeleng pelan, Sierra sedikit bingung, jelas Ans tidak mendapati sifat itu dari dia. Apakah dia mewarisi sifat penggoda itu dari Daniel? Sepertinya tidak mungkin… Sierra mencoba membayangkan wajah Daniel yang kaku dan serius mencoba menggoda para gadis. Tiba-tiba saja tengkuknya terasa dingin dan tubuhnya bergidik saat membayangkannya. Cepat-cepat dihilangkan pikiran itu dari kepalanya, Mustahil. Aku lebih percaya babi bisa terbang dan sapi bisa memanjat pohon, dibandingkan mempercayai Daniel bisa menggoda wanita. Sesaat Sierra masih menggelengkan kepala pelan mencoba menghapus pikiran anehnya, terlihat Ans berlari dengan langkah kaki kecilnya menghampiri dirinya sambil melambaikan dua lembar kertas merah bernilai masing-masing seratus ribu dengan wajah tertawa hangat penuh kebahagiaan dan rasa bangga. Jika sudah seperti itu, hilang sudah wajah dingin warisan Daniel. Seketika Sierra tidak tahu harus tertawa atau menangis. Bocah kecil yang beberapa bulan sebelumnya bahkan mungkin tidak pernah mengenal nominal uang, tiba-tiba sekarang terlihat seperti seorang anak yang tergila-gila dengan uang. Saat tiba di hadapan Ibunya, Ans langsung melompat memeluk kaki Sierra dan menyodorkan uang yang didapatkannya. “Ibu, mulai sekarang Ans juga bisa menghidupimu, Ibu bisa bahagia kan?” Menghidupinya? Dengan menjual wajah imutmu? Sierra tersenyum terenyuh mendengar kata-kata Ans. Sebisa mungkin Sierra menahan rasa sedih nya terlihat di wajah dan matanya. Hanya senyum bangga yang ia tampilkan di wajah dan matanya. Setelah selesai berbasa-basi dengan pegawai toko itu dan menyelesaikan pembayaran belanjanya, Sierra mengajak Ans pergi, dan yang mengesankan, sempat-sempatnya Ans berlari kembali mendekati gadis pegawai toko itu dan memberikan ciuman manis di pipi gadis itu, yang seketika wajahnya memerah merona dan terlihat begitu bahagia. Ans berbalik sebentar dan melambaikan tangan pada gadis itu sebelum kembali berlari dan menggandeng tangan ibunya yang sedang menunggu di pintu toko. Selesai berbelanja pakaian, waktu sudah mendekati tengah hari. Sierra membawa Ans ke sebuah restoran lucu yang sepertinya memang konsepnya untuk menghibur anak-anak. Makanan nya dibentuk wajah binatang-binatang lucu, minumannya disajikan dalam warna-warni yang menarik dan indah, ditempat itu juga tersedia area bermain anak-anak yang cukup luas dan berisi berbagai macam mainan anak. Sierra dan Ans bersenang-senang hari itu, tak terasa waktu berlalu dengan cepat. Saat Sierra memperhatikan jam nya, ternyata waktu sudah menjelang sore dan sudah waktunya ia pulang untuk menyiapkan makan malam bergizi untuk Raymond. Sierra pun mengajak Ans pulang, tetapi sebelum pulang Ans ingin ke toilet. Sierra pun mengantarnya ke depan pintu toilet pria dan menunggu diluar, karena Ans berkali-kali meyakinkan Sierra, bahwa ia sudah bisa untuk ke toilet umum sendiri. Tidak lagi perlu ditemani dan diurus ibunya. Beberapa waktu telah berlalu, tetapi Ans tidak kunjung keluar dari toilet. Sierra mulai merasa khawatir dan bolak balik mengawasi pintu toilet, sambil bertanya kepada beberapa orang pria yang keluar dari toilet tersebut. “Maaf, apakah di dalam Anda melihat seorang anak kecil berusia kurang lebih 4 tahun, kurang lebih setinggi ini dan mengenakan baju berwarna biru tua?” Sierra menanyakan ciri-ciri Ans kepada orang-orang tersebut, tetapi sayangnya semua jawaban mereka sama. Mereka tidak melihat Ans di dalam toilet. Firasat buruk semakin memberati hati dan pikiran Sierra. Tak peduli lagi kalau dia seorang wanita, Sierra segera memasuki toilet pria dan memeriksa setiap kubikal dan area di toilet itu. Hampir saja ia dilaporkan ke polisi karena disangka wanita gila dan m***m. Sierra segera keluar dari toilet itu, saat ia yakin bahwa Ans tidak ada di dalam sana. Tepat saat Sierra akan melangkah meninggalkan toilet itu, seorang pria bertubuh tinggi besar berdiri di depannya dan menghalangi langkahnya. Jantung Sierra langsung berdebar kencang dan ia melirik ke arah pria itu. “Nona Sierra, tolong ikut denganku.” Debar jantung Sierra terasa mendadak berhenti saat mendengar kata-kata pria itu. Seketika Sierra sudah bisa menebak siapa yang telah membawa Ans pergi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD