“Kalau kamu masih mencintaiku!” Ruang kerja Jemma siang ini terasa lebih sempit dari biasanya, seakan oksigen tak cukup meredam tekanan yang ada di sana dan seperti biasa pula, Jemma kian merasa muak. Sempat mendorong Rifky, Jemma langsung mundur menjaga jarak kembali, dengan tangan terlipat di d**a. Matanya menatap tajam ke arah Rifky yang masih mengunci tatapan matanya. Seolah tidak terpengaruh dengan sikap dingin Jemma, atau Rifky merasa super percaya diri karena meyakini ucapannya. “Kalau aku enggak ingat ini kantor dan kamu masih punya status sebagai suami kakakku…” Jemma mengucapkan kalimat itu dengan nada dingin, tertahan, “…aku enggak akan segan menampar kamu sekarang! Mulut kamu lancang sekali! Masih berani kamu sepercaya diri itu, mengatakan aku masih mencintai kamu? Alih-al