Ruang UGD rumah sakit dipenuhi ketegangan. Suara monitor, langkah kaki perawat dan suara perintah dokter bersahutan. Darby langsung dilarikan ke dalam ruangan tindakan, sementara Rifky hanya bisa berdiri di luar, wajahnya kacau dan tangan hingga pakaian berlumur darah istrinya sendiri. Jemma dan lainnya berjalan tergesa-gesa kemudian berhenti, semua keluarga hanya dibiarkan menunggu dibatas yang ditentukan. Jemma berdiri di sisi Mama dan Iyang, tubuhnya masih gemetar. Ia terus menatap pintu UGD yang sudah tertutup. Mas Eka mencoba menenangkan Mama yang tak henti menangis dan terus memanggil nama putrinya. Papa sempat tidak terlihat, sepertinya mengurus administrasi kemudian muncul langsung hampiri Mama yang tangisnya kembali pecah. “Bagaimana ini bisa terjadi, Papa? Anak kita, cucu kit