Ruang rapat kantor JeFa EO siang itu dipenuhi suasana hati produktif. Di dinding, layar proyektor menampilkan rundown event klien besar mereka yang akan berlangsung minggu depan. Jemma duduk di ujung meja, mengenakan blouse biru muda dan celana panjang putih yang membuatnya terlihat profesional namun tetap tenang. Satu per satu timnya mempresentasikan progres—mulai dari vendor dekorasi, rundown artis pengisi acara, hingga progress distribusi undangan digital. Jemma mendengarkan dengan saksama, beberapa kali memberikan arahan dan koreksi ringan. Hingga di tengah kesibukan itu, layar ponsel Jemma yang diletakkan menghadap ke bawah bergetar sekali. Mendapati satu notifikasi pesan dari Althaf. Ia melirik cepat. Tak membukanya langsung, hanya membaca preview di layar... [Sayang, nanti pulang