Derrel’s POV Derap langkah terdengar pelan memasuki ruangan. Andriana tersenyum penuh arti, lalu ia menutup pintu dan menguncinya. Dia melangkah mendekat. Aku masih menggenggam buku bisnis yang kemarin aku beli dari toko buku. Kami saling bertatapan. Senyum Andriana sudah terlihat beda. Sudah ada nakal-nakalnya. “Aman?” Tanyaku. Andriana mengangguk, “aman.” Seketika dia naik ke ranjang. Kuletakkan buku yang baru k****a delapan halaman di atas meja sebelah ranjang. Kedua tanganku terbuka lebar menyambutnya. Andriana menghambur ke pelukanku. Jika dulu kami saling menatap dengan debaran tak menentu saat hendak berciuman, kali ini tanpa basa basi Andriana langsung menyerangku. Entahlah, apa karena aku seperti jatuh cinta padanya berulang kali atau mungkin aku sudah ketagihan dengan ciuman

