Hari Jumat. Matahari sudah hampir tenggelam. Jalanan semakin padat. Jam pulang kerja. Elvina berhadapan dengan sahabatnya. Wajahnya gelisah. Keringat dingin bercucuran. "Telepon aja, El. Besok malem loh mereka ke rumah lo." Diana berpendapat. Elvina diam. Tangannya masih erat menggenggam ponsel. "Gue harus pulang hari ini, Di." Akhirnya perempuan awal tiga puluhan tahun itu bersuara. "Lo udah pesen tiket kereta?" Elvina menggeleng. "Tunggu Mas Haris, gue anter ke stasiun. Lo telepon Ayah lo sekarang, El. Masa lo baru mau ngomong setelah lo sampe rumah?" "Menurut lo gimana?" Elvina balik bertanya. "Ya telepon sekarang!" Diana mendelik. Cepat-cepat ia menyeruput es jeruknya. Gemas. Elvina menghela nafas. Menenangkan jantungnya yang terus berdegub kencang. Tak mungkin ia lari dari se