Persiapan

1196 Words
Xera menghabiskan satu harinya berada di perpustakaan. Ia bahkan tidak mempedulikan ajakan Meng Mei untuk makan siang. Dan hingga malam ini, Xera bahkan belum menyentuh makanan yang dibawakan oleh Meng Mei. Xera berusaha mencari beberapa informasi mengenai kerajaan ini. Mulai dari informasi geografis, sejarah, bahkan susunan keluarga kerajaan. Ia harus punya informasi yang banyak jika ingin melakukan pembrotakan. Masalahnya Xera akan menghadapi satu kerajaan. Dan dia butuh perisiapan yang matang. Ya, walaupun sebenarnya jika Xera mau merakit bom, ia bisa saja tinggal melakukan pengeboman di kerajaan ini. Mengingat kerajaan ini hanya seperempat dari Negara tempat dia tinggal dulu. Tapi Xera bukanlah monster, yang tega membuat warga-warga kerajaan ini menjadi korban. ^^^ Meng Mei berlari sekuat tenaga. Napas sang dayang memburu. Ia harus memberitahu Putra mahkota bahwa sang tuan Putri pergi keluar istana. Ia baru saja meninggalkan tuan Putrinya, Jia, untuk mengembalikan beberapa buku yang dipinjam Putri Jia. Namun nahas, dia kelewatan 5 menit. Saat kembali ke pavilium sang Putri, seorang dayang mengabarkan bahwa Putri akan pergi keluar istana. Ditengah perjalanan menuju pusat istana, Meng Mei bertemu dengan putra Mahkota Renshu. "Mohon maaf atas kelancangan hamba Putra Mahkota"Meng Mei menunduk ketakutan. "Ada apa?" desis Putra Mahkota Renshu dingin. "Ampuni hamba Putra mahkota. Putri Jia baru saja pergi meninggalkan istana sendirian" ucap Meng Mei semakin ketakutan. Meng Mei mendongkakan kepalanya sedikit, bermaksud ingin melihat respon sang putra mahkota. Namun nihil, hanya ada tatapan datar disana. Putra mahkota Renshu bahkan hanya berlalu meninggalkan Meng Mei yang masih setia berbungkuk. Meng Mei merasa kasihan terhadap sang Putri. Ia yakin, jika sang Putri melihat respon dari putra mahkota, Putri Jia akan sedih. Meng Mei bingung apa yang akan dilakukannya saat ini. Masalahnya, tampilan tuan Putri Jia yang sedikit berbeda, dapat menimbulkan masalah. Rasanya Meng Mei ingin menangis saat ini juga. Ia takut jika ada sesuatu yang terjadi pada sang Putri. ^^^ Diwaktu yang sama, namun di tempat yang berbeda, Xera mengendarai kudanya secara perlahan, setelah berada cukup jauh dengan pusat kota. Xera tidak ingin menarik perhatian orang, namun dirinya bisa gila jika terkurung di dalam istana. Xera memutuskan untuk melihat secara langsung keadaan kota. Ia harus punya rencana yang matang jika ingin kabur selamanya dari sini. Suasana terasa berbeda setelah ia menginjakan kakinya di luar istana. Ia kembali menunggangi kudanya. Tampak disekelilingnya dipenuhi oleh beberapa pohon dan tanaman. Xera memutuskan untuk berhenti disalah satu tanaman. Alisnya berkerut, memikirkan dan berusaha mengingat-ingat, apakah ini tanaman yang sedang ingin ia cari. Xera memang memutuskan keluar untuk mencari sebuah tanaman, yang dapat memberikan warna permanen jika diolah. Ia memutuskan untuk mengubah warna rambutnya menjadi coklat, sehingga saat keluar, ia tidak menarik perhatian banyak orang.  Dimasa depan, ia hanya tinggal kesupermarket untuk beli pewarna rambut. Jika sedang malas, ia bisa langsung pergi ke salon. Namun disini? Ia yakin, salon buat SPA saja pasti tidak ada. Xera mengambil beberapa daun, kemudian menumbuknya menggunakan batu yang bertenger manis di jalan. Warna akan keluar jika sari yang dihasilkan dari tanaman keluar. Xera ingat, pada zaman dahulu, tumbuhan ini digunakan untuk membuat tinta. Agar pewarna ini tidak luntur dirambutnya, ia hanya perlu menghidari air. Beberapa jam kemudian, akhirnya Xera bisa melihat warna pada rambutnya berubah dari bayangan air sungai yang di bawahnya.  Dia terlihat berbeda, pikirnya.  Ia memutuskan akan kembali ke istana saat Fajar sudah menjemput. Kembali Xera berjalan dengan mengiring kudanya, masuk kedalam hutan. Dulu, saaat dimasa depan, Xera suka pergi camping sendirian. Ia akan mengambil beberapa buah dari hutan, atau memancing di sungai. Jadi, jika ia kabur dari istana, Xera yakin dia bisa tetap hidup dengan bantuan alam. Tidak jauh dari posisinya, Xera mendengar suara teriakan minta tolong. Xera mengarahkan penglihatannya ke segala penjuru, berusaha mencari dari mana asal suara itu. Kedua matanya menyipit, Indra pendengarannya ditajamkannya. Suara teriakan itu, kembali terdengar, namun kali ini disertai rintihan. Berusaha mempercayai instingnya, Xera melangkahkan kakinya lebih jauh lagi ke dalam hutan. Suara minta tolong masih terdengar, disusul oleh suara tawa keras yang mengganggu. Xera menyipitkan matanya, mulai menghitung musuh yang ada di depan matanya. Tidak jauh dari tempat musuh berdiri, ada sebuah kereta yang berisi 5 wanita, yang Xera yakin merupakan para korban. Huft,,, Xera menghembuskan nafasnya kasar. Ada sekitar 12 laki-laki bertubuh besar disana. Xera yakin sebenarnya bisa menghabiskan seluruh laki-laki itu sendiri, tapi ia akan membutuhkan waktu yang lama. Beda hal, jika ia punya Desert eagle-nya disini, atau mentok-mentok punya pedang. Mungkin ia bisa menjatuhkan musunya kurang dari 5 menit. Tidak ingin membuang waktu lebih lama, Xera mendakati para bandit-bandit itu. "Hai!" Xera menyapa para pria-pria itu dengan tenang. Tidak ada raut ketakutan pada wajahnya. "Wah, ada nona cantik ternyata!" ucap salah satu bandit itu, kemudian memandang Xera dengan m***m. Pria-pria itu memiliki wajah sangar. Tubuh merekapun termasuk kekar, apalagi mereka dilengkapi senjata yang lengkap ditangannya. "Siapa yang memerintahkan kalian berbuat ulah di wilayah kaisar Liu Wei?" kata Xera datar. "Berani sekali kau menantang kami nona muda?" teriak salah satu bandit yang memiliki bekas luka pada salah satu bagian wajahnya. "Segeralah pulang nona, selagi aku masih memintanya dengan baik. Biasanya kami cepat berubah pikiran" ucap salah satu bandit sambil tertawa. Xera ikut tertawa mendengar perkataan bandit tersebut. Tidak ada ketakutan pada Xera. Hanya keinginan untuk membunuh yang mengebu-ngebu. Xera meregangkan kepalanya ke kanan kiri, kemudian merilekskan kedua tanganya sambil berujar "Entah bagaimana, aku sedang ingin membunuh saat ini. Ingin mencoba?" ucap Xera sambil tersenyum miring. Ada tatapan kesungguhan pada mata Xera, dan itu membuat para bandit sedikit goyah. Salah satu bandit berlari kearahnya, dan dengan cekatan Xera menghindar, kemudian memberikan tendangan belakang. Xera merebut pedang sang bandit, kemudian langsung menebas punggung bandit tersebut. Semua orang yang menyaksikan terbelalak tidak percaya. Dengan tubuh sekecil itu, Xera berhasil menumbangkan salah satu bandit yang merupakan ketuanya. Tidak ingin membuang waktu semakin lama, Xera berjalan kearah para bandit, menebas salah satu bandit yang paling dekat, kemudian merebut pedang bandit tersebut. Sekarang Xera bertarung menggunakan 2 pedang. Dengan lihai dia menangkis tebasan para bandit. Ia juga menggunakan tubuh kecilnya untuk menyalip, sehingga dibeberapa kesempatan, para bandit tersebut menjadi saling serang. Tidak membutuhkan waktu lebih dari 10 menit, akhirnya Xera dapat melumpuhkan semua bandit. Xera menyimpan kedua pedangnya pada bagian tubuhnya, kemudian berjalan mengarah kearah tawanan. Ia tidak menyadari salah satu bandit berdiri kemudian menusuk Xera dari belakang. Xera berbalik kemudian memberikan pukulan jab dari bawah. Ia bahkan tidak mempedulikan tangannya yang tergores oleh pedang. Xera jatuh berlutut setelah berhasil meruntuhkan sang bandit. "Nona, anda tidak apa-apa?" seorang salah satu tawanan menghampirinya. Xera merintih kecil, kemudian menyentuh perut kirinya. Banyak darah merembes, belum lagi dari lengan kanannya. Dengan berusaha tetap menyadarkan dirinya, Xera berucap pelan. "Aku tidak apa-apa. Tolong bantu aku naik ke atas kudaku" ucapnya pelan dan langsung dikerjakan para tawanan tersebut. Setelah bersusah payah untuk naik, akhirnya Xera berhasil. Sambil memegang luka pada bagian perut kirinya, Xera berucap pelan, "Segeralah kalian kembali ke keluarga masing-masing. Maaf aku tidak bisa mengantar. Sebentar lagi, para prajurit akan melakukan pemeriksaan keamanan. Minta tolonglah pada mereka. Aku pergi dulu" ucap Xera pelan. Ia membutuhkan waktu 30 menit untuk kembali ke istana. Ia ingin selamat kali ini. Ada sesuatu hal yang penting yang harus dilakukannya.  Dengan bermodalakn kesadaran yang sedikit, Xera kembali menunggangi kudanya. Kali ini dia berusaha untuk cepat sampai di istana.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD