Handphone Bima mendering kencang. Suaranya membangunkan dirinya dan Laura yang sedang tertidur dalam dekapan Bima. “Maaf, Ra. Kemarin tidak ku silence.” Kata Bima sambil mengeser ke atas handphonenya, untuk menerima telepon tengah malam itu. Jam digital di sisi tempat tidur menunjukkan pukul 12: 30 tengah malam. “Iya Pa.. Iya.. Aku segera ke rumah sakit.” Itu Kata-kata Bima yang bisa didengar Laura tapi Laura segera tahu, telepon itu mengabari Bima tentang ibundanya tercinta yang sudah menghembuskan nafasnya dan meninggalkan dunia ini. Kemarin , perasaan Laura juga sudah yakin. Aini tidak akan bertahan lebih lama lagi. Setelah membaca rekam medis Aini, Laura sudah memprediksi, kalau Aini akan menghembuskan nafas terakhirnya dalam minggu-minggu ini. Tapi dia tidak menyangka kalau secep