Sheya terus menggendong sambil menimang-nimang putrinya setelah kepergian mama mertuanya dan Runa. Anak itu masih sesenggukan di bahunya, pelukannya begitu erat dan enggan melepaskan. Melihat Sera yang masih terus menangis, Sheya memilih membiarkan tanpa mau menginterupsi tangisan Sera, dia ingin memberikan waktu kepada putrinya itu untuk bisa mengelola emosinya. Pun dengan dirinya yang juga sedang berusaha menenangkan dan mengelola emosinya sendiri. Air matanya tetap jatuh di balik punggung mungil yang terus bergetar dalam dekapannya itu. Anak dan ibu yang dipertemukan oleh garis takdir itu memiliki kesedihannya masing-masing atas apa yang baru saja terjadi. Tangis dan air mata yang seolah enggan berhenti, mengantarkan rasa sesak yang terus membombardir perasaan mereka dengan begitu