Part 33

1225 Words
Cassandra masuk dalam rumahnya diikuti Kavindra dan pak Agung, Kavindra mengagumi interior rumah mewah Cassandra, mereka memasuki ruang tamu rumah Cassandra yang mewah dengan empat pilar besar, di dinding terdapat beberapa lukisan lukisan yang Kavindra tahu jika itu adalah lukisan karya pelukis besar dunia. Belum lagi guci guci antik yang tersebar di beberapa titik ruangan, Cassandra mempersilahkan pak Agung dan kavindra duduk di ruang tamu serta meminta art menyiapkan minuman untuk mereka. "Lebih baik pak kavindra pulang dan istirahat, pasti bapak lelah kan beberapa hari menjaga saya di rumah sakit," ucap Cassandra memulai pembicaraan. "Kamu yang harus istirahat, kondisi kamu belum pulih benar, jadi kamu istirahat saja sampai kondisi kamu benar benar sehat dan baru masuk bekerja hari senin," jawab Kavindra kemudian. Cassandra menatap Kavindra dan pak Agung bergantian kemudian mengangguk, pak Agung mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruang tamu, ia tak mendapati lukisan atau foto keluarga Cassandra, ia ingin tahu sosok orangtua Cassandra, pengusaha dibidang apa yang mungkin ia pernah bertemu dengannya. Pak Agung ingin bertanya tentang hal itu tapi sepertinya kurang etis menanyakan hal itu pada Cassandra saat saat ini, pak Agung hanya penasaran siapa sebenarnya Cassandra. Art rumah Cassandra keluar dengan membawa minuman dan makanan ringan. "Silahkan tuan." Art itu meletakkan minuman dan makanan ringan dimeja ruang tamu di depan Cassandra yang duduk berhadapan dengan Kavindra dan pak Agung. Setelah basa basi beberapa saat, Kavindra dan pak Agung pamit pulang. ~~~ ~~~ Cassandra membaringkan tubuhnya di ranjang queen size miliknya yang bersprei motif bulan dan bintang berwarna baby blue, ia bernapas lega karena saat ia sampai rumah foto keluarga di ruang tamu sudah diturunkan oleh artnya sehingga Kavindra dan pak Agung tidak melihat foto itu. Saat perjalanan pulang dari rumah sakit, Cassandra mengirim pesan pada art rumahnya untuk menurunkan beberapa foto papanya juga foto keluarga yang dipajang di dinding ruang tamu agar Kavinra tidak tahu siapa sebenarnya. Sebenarnya Cassandra merasa tidak enak melakukan itu tapi ia tidak bisa meng expose identitasnya sebagai putri bungsu pengusaha textile pesaing Kavindra, ia tak ingin Kavindra salah paham dan menganggap Cassandra berniat buruk dengan bekerja di perusahaannya. Cassandra meraih guling di sebelahnya dan memeluknya, ia kembali memikirkan tentang pernyataan Kavindra, juga perhatian pria itu kepadanya. Cassandra tahu Kavindra tulus menjaganya dan ia juga tahu pria itu serius dengan pernyataan cintanya tapi Cassandra masih belum bisa menerima jika dirinya juga jatuh cinta dengan pria berusia matang itu, apalagi Kavindra adalah pesaing bisnis papanya. "Apa yang harus aku lakukan?" gumam Cassandra, matanya menerawang. Sedangkan mobil Kavindra menjauh meninggalkan rumah Cassandra menuju rumahnya bersama pak Agung dan sopir pribadinya. "Aneh sekali," gumam Kavindra. "Kenapa bos?" tanya pak Agung menoleh ke belakang dimana Kavindra duduk. "Kenapa tadi di rumah Cassandra aku tidak melihat foto keluarganya? itu aneh kan Gung?" "Pikiran kita sama bos, tapi mungkin mereka tidak memajang di ruang tamu, di ruang keluarga mungkin." "Hemm... bisa jadi." "Lebih baik bos istirahat beberapa hari, sejak pulang dari London beberapa hari yang lalu kan bos tidak istirahat dengan benar." "Kamu benar Gung, tubuhku penat sekali," jawab Kavindra, tubuhnya memang lelah karena setelah pulang dari London malah menjaga Cassandra di rumah sakit. Mobil melaju menuju kediaman Kavindra, Kavindra ingin istirahat sedangkan pak Agung akan ke kantor. Oooo----oooO Cassandra berdiri di balkon kamarnya, menatap kolam renang dengan air yang tenang. Beda dengan hatinya yang bergejolak, memikirkan seseorang yang sudah membuat hatinya tak tenang. Pikiran Cassandra tertuju pada Kavindra, pria matang atasannya yang sudah membuat jantungnya berdetak kencang saat memikirkannya, apalagi saat bertemu dan bersama dengannya. Walau sekuat apapun Cassandra mengelak tetap saja perasaan itu semakin kuat dari hari ke hari, semakin ingin ia menghindar selalu ada jalan takdir mempertemukan dirinya dan Kavindra. "Aku harus bagaimana?" gumam Cassandra, pikirannya menolak tapi hatinya melakukan sebaliknya. Merasa nyaman saat bersama Kavindra dan ia menyukai rasa nyaman itu, rasa nyaman yang belum pernah ia rasakan sebelumnya bahkan saat bersama Daniel. "Aku tidak bisa tidur seperti ini terus, aku harus melakukan sesuatu," gumam Cassandra lagi, ia kemudian masuk dalam kamarnya. Cassandra masih cuti untuk memulihkan kesehatannya, pak Agung menghubunginya dan mengatakan jika Kavindra meminta Cassandra istirahat beberapa hari setelah pulang dari rumah sakit dan bisa kembali bekerja Minggu depan. Cassandra sudah merasa sehat dan ia ingin keluar hari ini, ia berencana membeli hadiah untuk Kavindra sebagai ucapan terima kasih karena sudah  menjaganya di rumah sakit dan beberapa waktu yang lalu.Cassandra sudah selesai mandi dan memilih outfit untuk ia pakai, kali ini ia memilih hotpants denim dengan tanktop warna putih, ia padukan dengan cardigan panjang berwarna baby blue. Cassandra mengikat rambut panjangnya kuncir kuda, ia raih slingbag miliknya yang berisi ponsel dan dompet lalu segera turun dari kamarnya. Cassandra meminta art rumahnya memasang kembali foto keluarga di ruang tamu. "Kenapa foto keluarga harus diturunkan kemarin non?" tanya art yang dihubungi Cassandra untuk menurunkan foto keluarganya agar Kavindra dan pak Agung tidak tahu identitas dirinya. "Tidak apa apa bik, tidak enak saja sama bos aku kemarin yang mengantarkan aku pulang, oh ya bik aku keluar sebentar, ada yang harus dibeli." "Bukannya hari ini tuan dan rombongan akan pulang non?"  "Iya tapi masih nanti malam bik, aku berangkat dulu," pamit Cassandra pada artnya, ia melangkah keluar dari rumah menuju mobilnya di garasi. Tak lama mobil Cassandra sudah bergabung dengan mobil lain dalam hiruk pikuk jalanan di weekend ini, Cassandra masih bingung harus membeli kado apa untuk Kavindra. Cassandra membelokkan mobilnya ke sebuah mall besar dan memarkirkan mobilnya di basement, ia segera menuju lift dan naik ke area mall. Ia berkeliling sembari memikirkan kado yang tepat untuk Kavindra, dan langkahnya terhenti di sebuah butik dimana ada manekin memakai jaket pria membuat Cassandra memiliki ide memberikan jaket saja pada Kavindra. Cassandra kemudian masuk dalam butik dan meminta pramuniaga mengambil jaket yang sama seperti di etalase, sebuah jaket bomber berwarna navy. Dengan desain kekinian juga bahan yang berkualitas, harganya cukup menguras kantong tapi bagi Cassandra itu tidak masalah dibandingkan pengorbanan Kavindra menjaganya tanpa memikirkan dirinya sendiri. Cassandra meminta pramuniaga membawa ke kasir diikuti oleh Cassandra, ia membayar dengan kartu debit. Cassandra lega, ia berjalan keluar membawa paperbag berisi jaket bomber, Cassandra kemudian memutuskan window shopping karena hari masih siang, apalagi keluarganya baru pulang malam nanti. Dengan langkah santai ia menyusuri mall sambil melihat gerai gerai di mall tersebut, sesekali ia menghentikan langkahnya saat ada yang menarik di etalase gerai gerai tersebut. Beberapa jam berkeliling perut Cassandra terasa lapar, ia kemudian mencari restoran yang ada dalam mall itu, Cassandra menemukan restoran makanan Indonesia dan ia segera masuk dan mencari meja yang kosong. Cassandra segera memesan makanan, ia memilih menu sederhana yaitu ayam goreng dan sup ayam, ia memesan air mineral untuk minumnya. Pesanan Cassandra datang dan ia pun segera menikmati makan siangnya, Cassandra menegakkan kepalanya, seperti ada sesuatu yang menuntunnya melihat ke suatu sudut. Jantung Cassandra seperti mencelos keluar saat melihat pemandangan tak jauh dari meja dimana ia duduk, di meja lain ia melihat Kavindra, tapi bukan itu yang mengejutkan Cassandra tapi bersama siapa Kavindra. Kavindra sedang makan siang bersama Anna juga seorang wanita, Cassandra belum pernah melihat wanita itu. Terlihat mereka begitu akrab bahkan tertawa riang membuat Cassandra berpikiran jika Kavindra dan wanita itu ada hubungan spesial, dan ia lihat Anna sangat dekat dengan wanita itu bahkan bergelayut manja pada wanita itu. Cassandra memegang dadanya, ada rasa nyeri menghinggapi hatinya dan ia bingung kenapa ia kembali merasakan hal ini saat Kavindra bersama wanita lain. "Enggak... aku nggak cemburu, ini bukan cemburu," gumam Cassandra. Lynagabrielangga.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD