Pagi-pagi buta, gue sudah berangkat ke sekolah karena menghindar untuk bertemu Mami sama Papi. Beruntung ada seragam sekolah lama milik gue, walaupun sedikit kekecilan, tapi tetap gue pakai. Gue nggak mau pulang, bahkan untuk bertatap muka dengan Pak Andrew. Notif ponsel tidak berhenti berbunyi, entah itu pesan, chat, atau telpon. Sendirian di kelas duduk termenung menatap ke depan dengan pandangan kosong. Bahkan gue tidak membawa tas dan satupun buku pelajaran. Tujuan gue ke sekolah untuk sekedar mengalihkan rasa sakit. Berharap dengan bertemu banyak orang di sekolah dapat melupakan kejadian tadi malam. “Selamat pagi, Al. Tumben datang lebih awal?” Hesti menyapa dengan senyuman. Dia tidak sendiri, di sampingnya ada Arsen. Mereka orang kedua yang datang setelah gue. Hanya memandang me