Siena menghentikan langkahnya. Dia kemudian berbalik lagi, melihat ke arah Axel. “Apa? Kencan?” tanya Siena yang tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Axel menyandarkan tubuhnya di sandaran singgasananya. “Iya. Aku mau kita kencan. Makan malam, jalan-jalan. Mungkin kamu pengen belanja ato pengen sesuatu. Bilang aja,” jawab Axel sambil memamerkan kemampuannya mencukupi semua keinginan Siena. Siena menatap Axel dengan pandangan yang sangat datar. Kalau saja ini ditawarkan saat dia masih belum terikat kontrak dengan Axel, pasti Siena akan segera menyetujuinya. Tapi keadaannya saat ini masih tidak bisa menerima ajakan apapun daro Axel. Bahkan mungkin setelah ini. Bayangan kemarahan Irwan semalam kepadanya masih sangat membekas. Dan setiap kali Siena membayangkannya, pipinya masih berd