“Ada, kok. Masih di saku jaket gue.” Kania mengelus d.a.da dan mengembuskan napasnya lega. Kecemasan sejak tadi malam pun akhirnya mereda. “Terus, mana sekarang?” Gadis itu kembali meminta bukti untuk bisa menepis rasa khawatirnya secara penuh. “Bentar.” Nala merogoh saku jaket jeans yang kebetulan ia pakai hari itu. Gerakannya cepat namun panik, seolah sedang mencari sesuatu yang amat penting. Satu per satu saku ia geledah dengan teliti—saku kanan, kiri, hingga bagian dalam. Jemarinya menyusuri setiap lipatan kain, tapi hasilnya nihil. Raut wajah gadis berambut pendek itu mendadak tegang. Napasnya terengah, matanya celingukan seolah berharap benda itu tiba-tiba muncul begitu saja. Padahal, jelas-jelas kemarin ia meletakkannya di saku kanan bawah. “Mana, Nal?” Kania mendesak,

