Sesampainya di rumah… Begitu masuk, Kania melihat Hans dan Yasmin duduk di ruang tengah. Semua adiknya juga turut duduk di sana. Lampu ruang tengah menyala terang, namun suasananya begitu sunyi, terlalu sunyi untuk ukuran rumah yang biasanya riuh oleh suara anak-anak. Gadis tersebut berhenti, tertegun. Napasnya seolah tertahan di tenggorokan. Tatapannya perlahan menyapu satu per satu anggota keluarganya yang duduk rapi, namun menampakkan raut wajah serius. Tidak ada senyum. Tidak ada sapaan hangat. Yang ada hanya tatapan yang seolah menunggu sesuatu keluar dari dirinya. Ia mulai bertanya dalam benak. Ada apa? Jarang sekali keluarganya itu berkumpul dengan ekspresi seserius ini. “Bia.” Kania berusaha membuka suara dengan rasa gugupnya. Nadanya goyah, seperti takut menyentuh sesuatu yan
Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books


