Bab 13

2126 Words

Kania tak lagi mampu menyembunyikan ketakutannya. Keresahan itu begitu nyata, menjalari d.a.da, tapi harus ia kendalikan sekuat tenaga. Tak seorang pun boleh tahu. Tak boleh ada yang melihat. Alat tes itu ia genggam erat, seolah benda mungil itu memegang kunci hidup dan matinya. Satu langkah ia ambil—mendekat ke arah pintu kamar mandi. Satu langkah lagi, dan kini ia berdiri tepat di depannya. Gagang pintu itu menatap balik, dingin dan tak berperasaan, seperti gerbang menuju vonis yang menunggu di balik sana. Dengan tangan gemetar, Kania menyentuhnya. Ia dorong perlahan, menciptakan celah sempit di antara daun pintu dan kusen. Gerakan itu ia ulangi. Dorongan kedua membuat celah itu melebar menjadi jarak—cukup untuk dirinya masuk, cukup untuk menghadapi takdir yang menantinya. Satu kak

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD