Chapter 3

930 Words
"Aku tidak percaya pada kata cinta! Aku tidak percaya ucapan pria! Semua pria sama saja! Pria terbaik hanya papaku, tidak ada yang lain!" Atha terus berteriak, melepas semua beban yang ada di hatinya, tepat di atas sebuah jembatan jalan raya. "Gadis bodoh! Apa kamu gila? Berteriak-teriak di jalan, mau membuat telinga orang lain rusak? Sana ke rumah sakit jiwa, jangan berteriak di sini!" Seorang pria tiba-tiba saja muncul, mengagetkan Atha, "siapa kamu?" Pria itu berdiri di samping Atha, lalu melirik ke arah Atha, sekilas. Setelah itu ia pergi begitu saja, meninggalkan Atha, tentu saja Atha kesal, pria itu mengganggunya, padahal tadi dia sedang membuang semua beban di hatinya, dengan cara berteriak. Kenapa pria itu malah datang mendadak, jelas-jelas tadi sepi, tidak ada orang. "Dasar gila!" Celetuk Atha, ia pun berbalik, bermaksud untuk pulang. Tapi, ada yang menahan tangannya, Atha berbalik lagi, "kamu? Mau apa?" Pria itu kembali, dan menggenggam tangan Atha, dengan tatapan tajam begitu menusuk, membuat Atha bergidik. "Lepaskan!" "Ulangi lagi!" Pria itu masih menatap Atha dengan mata yang begitu dingin. "Ulangi, ulangi apa?" "Ulangi perkataan mu tadi, tentangku." "Yang mana? Tidak ingat!" Pria itu terlihat kesal, padahal tadi dia melewati jalanan sepi, ingin melepas semua beban di hatinya, sama seperti Atha, tapi semuanya malah semakin membuatnya pusing, setelah bertemu gadis bodoh dan gila, seperti Atha, pikirnya. "Kamu bilang apa tadi!" Pria itu masih menahan tangan Atha begitu kuat. "Oh, saat aku bilang 'Dasar gila?' itu yang kamu maksud?" Pria itu menarik napas, berusaha tidak terpancing, tapi untuk apa juga dia mempedulikan ucapan gadis bodoh itu. Buang-buang waktu saja! Batin pria itu. "Terserahlah, aku tidak peduli." Pria itupun melepaskan tangan Atha dan pergi. "Cih! Apa katanya? Tidak peduli? Dasar tidak jelas!" Lagi-lagi Atha mendengus, lalu pergi. Pria itu pergi sambil memijat keningnya, "gadis bodoh, kok bisa ada gadis segila itu? Ini semua karena pekerjaan kantor yang membuatku stress! Mau mencari ketenangan, malah bertemu gadis gila!" Ia menghentikan langkah kakinya, saat handphone nya berdering. "Kenapa lagi ini? Aku sudah muak dengan pekerjaan. Sudah waktunya aku mengambil cuti." Dia mematikan ponselnya, terus berjalan menunggu jemputan datang, supir pribadinya yang sejak tadi entah kemana. Bukannya menjemput tepat waktu malah tak kunjung datang, jadi saja dia bertemu dengan gadis gila, batinnya. "Pria aneh, dia yang gila. Kenapa seenaknya mengatakan aku yang gila. Sudah jelas aku sedang membuang sial disana. Kenapa malah bertambah sial karena bertemu dengan dia sih! Lagipula siapa dia, kenapa begitu ketus. Jangan-jangan dia juga sama sepertiku, sedang ingin membuang sial? Lalu kenapa dia malah mengatai aku? Tidak sopan!" Atha berjalan sambil mengayunkan tasnya, dia sendirian di gelapnya malam. Atha stress, dia tidak ingin pulang ke rumah. Ponselnya sejak tadi siang sengaja di matikan. Karena mamanya terus menanyakan kapan dia pulang, padahal dia sedang tidak mood. Saat dia sedang menunduk, menatap aspal yang sedang ia pijak. Terdengar suara langkah kaki. Atha pun mengangkat wajahnya. "Hai cantik, kok sendirian?" Dua orang berandalan malah mencegat Atha, "kalian mau apa? Jangan dekat-dekat!!" teriak Atha, ia meringsut menjauhi dua orang tersebut. "Jangan takut, cantik. Lebih baik kita bersenang-senang," kata pria bertubuh pendek dengan mata jelalatan menatap tubuh Atha dari atas sampai bawah. "Benar, kita senang-senang, kamu cantik sekali," pria bertubuh kekar di sebelahnya juga mencoba menyentuh tangan Atha. "Jangan dekat-dekat! Atau aku teriak!" Atha ketakutan, ia tidak menyangka kalau akan bertemu dua orang m***m seperti mereka. "Jangan sok jual mahal. Kamu ngapain sendirian di sini? Ini malam loh, kalau cewek baik-baik mana mungkin keluyuran malam-malam begini, jadi lebih baik kita sekalian saja, senang-senang!" Seringai orang tersebut. Atha gemetaran, ia takut. Ia sendirian. "Pergi kataku, jangan dekat-dekat!!" Atha berteriak, tapi dua orang itu malah tertawa melihat Atha yang ketakutan. "Hahahaha nggak akan ada yang nolongin kamu, Sayang...," Atha menangis menutup wajahnya, ia sudah tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Nasibnya sungguh sial, sudah patah hati malah bertemu pria b******k. "Tolong....!" Atha berteriak, berharap ada yang menolongnya. Bugg Tiba-tiba saja terdengar suara pukulan yang cukup keras, Atha mengintip dari sela jemarinya. Ternyata, "kamu?" Pria misterius tadi langsung membuat dua orang b******k itu jatuh tersungkur, "menjauh kamu!" titah pria itu kepada Atha. Atha mengangguk, menurutinya, ia pun mundur. Dua pria itu belum kalah, masih membalas memukul pria misterius itu, hingga ujung bibirnya berdarah. Atha meringis, ia juga tidak tega melihatnya. "Tolong...!!" Atha berharap ada yang menolong, tapi jalan terlalu sepi. Ini pukul satu pagi, tentu saja orang-orang sudah terlelap. "Dasar sampah!" Teriak pria misterius itu, ia menyentuh bibirnya yang berdarah dengan ibu jarinya, lalu mengarahkan kakinya, menendang pria pendek di depannya dengan cukup keras. Akhirnya dua pria itu pun kabur. "b******k! Jangan kabur!" Teriak pria itu lagi. Atha menghela napas lega, akhirnya dua orang tadi kabur juga. Pria itu melirik ke arah Atha, "kamu nggak apa-apa, gadis gila!" Atha mengangguk, pikirnya tidak masalah di bilang gila, intinya pria itu sudah menyelamatkannya. "Makasih," ucap Atha tertunduk. "Kamu ngapain sih, keluyuran malam-malam gini, bahaya!" Atha hanya diam, ia masih gemetar. Tadi ia sempat berpikir kalau akan berakhir di tangan dua orang m***m itu. "Rumah kamu dimana?" Atha menatap pria itu, "kenapa?" "Jangan sendirian. Banyak orang jahat! Ayo biar aku antar kamu pulang!" Tak lama kemudian sebuah mobil sedan mewah datang, seorang pengawal keluar sambil memberi salam pada pria itu. "Tuan, maaf saya terlambat." Pria itu hanya diam, setelah itu menatap tajam ke arah Atha, "masuk, sebelum aku berubah pikiran." Atha tersentak, ia juga masih ketakutan. Tidak berani pulang sendirian. Akhirnya ia terpaksa masuk ke dalam mobil tersebut. Kalau bukan karena pria itu telah menolongnya di depan matanya tadi, Atha juga tidak akan percaya padanya. Tapi sepertinya pria itu memang orang baik. Batin Athanasia. ____________________ Baca sampai sini? Terima kasih yah ;')
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD