Sebuah taksi berhenti perlahan di depan gerbang tinggi bercat hitam mengilap yang merupakan gerbang kediaman Roby Darmawan. Malam itu udara cukup dingin, menyisakan embun tipis yang menempel di dedaunan sekitar halaman. Lampu-lampu taman yang berjajar di sepanjang jalan setapak memancarkan cahaya kekuningan yang lembut, membuat suasana malam terlihat elegan dan tenang namun entah kenapa malam ini memberikan rasa asing bagi Lidia. Dari dalam mobil taksi, Lidia melangkah turun dengan hati-hati. Gaun kerjanya masih rapi, tas kerja tergantung di lengannya. Wajahnya tampak letih, meski ia berusaha tetap tersenyum sopan saat menyodorkan selembar uang kepada sopir. “Terima kasih, Pak,” ucapnya pelan. Sopir taksi itu mengangguk, lalu melajukan mobilnya meninggalkan Lidia seorang diri di depan