74

1606 Words

POV Nina "Kenapa, Sayang, senyum-senyum?" tanya Om Satria sambil meletakkan HPnya ke meja. Dia memandangku dengan tatapan penasaran. "Ada yang lucu?" tanyanya lagi. Aku mengangguk kecil. "Ya, Mas, lucu. Barusan berkata pada ibu seolah mas benar-benar akan sakit hati banget jika ibu nolak kado pernikahan dari mas." Ia mengerutkan kening. "Lucunya di mana?" Ia mengerutkan kening heran. "Yaa, lu-cuu. Mas tadi bicara seolah bakal sakit hati banget kalau ibu nolak padahal itu pakai uang ibu bukan pakai uang mas." "Ha ha." Ia tergelak. "Iya juga ya, mas pakai yang ibu. Inginnya mas ya pakai uang mas, tapi kamu tahu sendiri kan Dik semua uang suamimu ini ada pada ibu? Jadi ya apa boleh buat." Ia mengedikkan bahu. "Mas terpaksa ambil uang ibu karena tabungan kita nipis. Kalung adik tidak bo

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD