90

1751 Words

POV Bu Astuti Aku mengemasi pakaian sambil sebentar-sebentar tersenyum. Akhirnya setelah satu minggu yang menurutku sangat lama, kunci rumah akan diberikan oleh anak nakal itu. Bapak kepala sekolah yang sejak tadi duduk di bibir ranjang menelepon Airin, kini menyudahi panggilan. Sekarang memandangiku. "Ibu tampak bahagia sekali wajahnya." Ia mengerutkan kening heran. Aku mengangguk bersemangat. "Tentu saja saya bahagia, Pak. Memangnya bapak tidak bahagia? Besok kan kita pulang ke Lampung. Itu artinya kunci rumah bapak, akan diberikan oleh Satria." Dia mengangguk-angguk. "Oh, iya, Bu, saya baru terpikirkan hal itu. Tapi ini sudah jam 10 malam tapi kok anak ibu yang nakal itu belum ke sini untuk memberikan kunci, yaa?" Ditatapnya aku lama-lama. Aku pun menepuk jidat. "Iya benar, Pak, k

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD