103

373 Words

Rania tidak menjawab permintaan maaf Vino, dia hanya diam menatap ke arah lain. “Kenapa diam?” tanya Vino “Kamu keberatan maafin Papa?” Rania menarik nafasnya hendak menjawab pertanyaan Vino, tapi tiba-tiba ponselnya bergetar. Rania mengeluarkan ponsel dari dalam tas kecilnya, terlihat nama Mirza yang menelpon dirinya. “Maaf, aku harus pergi, aku harus angkat telpon dulu,” ucap Rania memperlihatkan layar telpon dengan nama Mirza pada Vino. “Apa dia lebih penting dari pada menjawab pertanyaan penting dari aku?” tanya Vino yang seketika cemburu melihat nama lelaki yang menelpon Rania. “Tentu!” sahut Rania, lalu pergi dari hadapan Vino sambil menjawab telpon dari Mirza. Vino hanya bisa mendengus kesal mendengar jawaban yang diberikan oleh Rania, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa sel

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD