20. Panci dan Melon

1362 Words

Entah sudah berapa lama Ara menekuk wajahnya. Bayangan saat ia meminumkan obat untuk Saska lewat mulutnya masih terekam jelas. Sungguh, ia benar-benar ingin memarahi pria itu, tapi karena Saska masih belum sembuh sepenuhnya ia mengurungkan niatnya. Saat ini mereka telah berada di apartemennya saat sebelumnya Raka, tangan kanan Saska, mengantar mereka pulang. Dan saat ini Ara tengah memasak bubur untuk Saska. Mulutnya komat-kamit beberapa detik yang lalu. Namun seketika wajahnya tertunduk lesu, dan detik berikutnya kembali menggerutu. "Dasar sinting! Dia pikir aku ibunya," gerutunya dengan mengaduk bubur yang hampir matang. Tangannya tiba-tiba berhenti mengaduk saat ia menyadari sesuatu. "Jika aku yang sakit, siapa yang akan merawatku?" gumamnya. Ia sudah tak memiliki siapa-siapa lagi.

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD