Sesampainya di perusahaan, Tiffany mengikuti Brian menuju ruangannya. Langkah-langkah mereka terdengar mantap di sepanjang lorong utama, lantai marmer berkilau memantulkan bayangan keduanya. Veronica sempat melirik ke sekeliling, kagum dengan desain interior perusahaan yang modern dan profesional. Namun kekagumannya terhenti ketika Devon, yang sejak tadi berjalan di sampingnya tiba-tiba memanggilnya. “Kamu, ikut aku,” ucap Devon tegas, dengan nada suaranya yang selalu terdengar datar. Gadis itu menoleh cepat. “Aku?” tanyanya memastikan. “Ya.” Veronica sempat menoleh ke arah Tiffany yang masuk ke dalam ruangan Brian, lalu ia menoleh kembali ke arah Devon. “Kenapa aku tidak ikut Tiffany, tapi justru ikut denganmu, Tuan?” tanyanya heran. Devon tidak langsung menjawab. Ia hanya memberi i

