“Sekali lagi makasih loh, ya! Hati-hati.” Aku membalas lambaian tangan Juni dan Leni yang baru saja pamit pulang. Setelah mobil mereka menjauh, aku dan Mas Razan kembali masuk rumah. “Dell ...” Tiba-tiba saja Mas Razan menarikku dan mengajakku duduk di sofa ruang tengah. “Apa?” “Bulan madu, yuk?” “Eh?” Mas Razan malah tersenyum begitu melihatku yang sedikit terkejut karena kalimatnya. “Mau, ya?” “Emang aku boleh nolak?” Aku bertanya balik. “Kalau kamu enggak mau, kamu yang rugi.” Mas Razan meraih kedua tanganku dan meraupnya dengan kedua tangannya yang besar. Aku memukul pundaknya pelan ketika Mas Razan mulai menaik-turunkan alisnya. “Kemana, emang?” “Paris. Seperti kataku waktu itu.” “PARIS?” “Enggak usah kaget gitu. Waktu itu kan aku udah bilang. Waktu kita di Magelang.”