Mataku terus mengerjap untuk beberapa detik lamanya. Seketika aku merasa blank, tidak tahu harus bagaimana. Ini terlalu mendadak, dan aku tidak mempersiapkan diri. I—ini, serius? “Dell?“ “Eh ... Pak, ngapain kaya gitu? Berdiri, Pak. Nanti ada yang lihat.” Aku celingukan untuk memastikan apa ada yang melihat kami atau tidak. Aku langsung meringis ketika melihat penjual jagung bakar tadi belum pergi dan sedang tersenyum ke arahku “Pak, itu dilihatin penjual jagung bakar. Buruan—“ “Jawab dulu, iya atau tidak?” balas Pak Razan dengan nada yang terdengar sangat tegas. “Eee, saya—“ “Saya tidak akan memaksamu, kalau tidak mau ya sudah. Saya—“ “Waittt!” Aku mengangkat kedua tanganku dan memejamkan mata sejenak. “Bapak berdiri dulu, baru saya jawab,” lanjutku kemudian. Akhirnya Pak Raz