“Cobain yang ini, Pak, udah matang,” ucapku sambil menaruh potongan daging panggang di piring kecil yang ada di depan Pak Razan. “Hati-hati, soalnya panas.” Aku mengisyaratkan Pak Razan untuk meniup potongan daging itu lebih dulu sebelum memakannya. “Gimana, Pak?” Pak Razan tidak langsung menjawab karena saat ini dia masih mengunyah. “Gimana? Enak enggak, Pak?” tanyaku tak sabaran. “Bisa kamu coba sendiri,” Pak Razan tersenyum. Ah, pasti enak! Begitu mencobanya, aku memejamkan mata selama beberapa saat mencoba untuk mengeja rasa daging hasil pangganganku. Ini enak, aku tidak bohong! “Wah, enggak salah pilih tempat kita Pak.” Aku mencomot lagi, lalu mengunyah lagi. “Emang ada yang enggak enak?” “Bukannya enggak enak sih, bumbunya aja yang kadang beda, dan lidah orang kan cocok-