53

1506 Words

POV Ilana "Umi?" Suara Bang Rivan kembali terdengar. Aku terus meletakkan jari telunjuk ke bibir, isyarat agar Umi tetap diam. Aku menahan napas dengan jantung terus berdetak kencang. Dadaku berdebar-debar tak keruan. "Umi? Umi kamu di mana bilang pada ayah? Um? Umi?! La? I-la?! I-laa!" Teriak Bang Rivan keras. Ia tampak menyibak rerimbunan bunga tak jauh dariku. Jaraknya yang tak begitu jauh membuat tubuhku sedikit gemetar. Aku takut ketahuan. Tanpa adanya senjata untuk mengancam, jelas aku tidak bisa berkutik. Aku merutuk diri sendiri yang merasa begitu bodoh bisa-bisanya meninggalkan botol itu di ruang tamu padahal botol itu bisa kujadikan senjata. Kejadian saat Bang Rivan mencoba melecehkanku tiba-tiba membayang di benak, membuatku semakin takut padanya. Dengan tangan kosong aku bisa

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD