Pak Hendra merogoh saku kemeja, mengeluarkan kunci mobil. Meraih tangan Alan, lalu menyerahkan kunci itu dengan senyum yang lebar. “Kek,” kening Alan berlipat, bingung tentunya. “Ini kado pernikahanmu dari kakek.” Jelas pak Hendra, binar Bahagia sangat jelas terpancar dari wajah yang kulitnya sudah keriput itu. “Kakek selalu mendoakan untuk kebahagiaan kamu. Semoga yang kakek beri ini, bermanfaat ya.” Alan menatap kunci yang kini ada ditangannya. Kaki kanannya aja nggak bisa apa-apa, gimana dia mau pakai mobilnya? Masa’ pakai satu kaki sih? Ini kakek lagi ngehina apa ngapain? Ini yang sekarang berputar di otak Alan. Namun, ia memilih diam saja, menerima pemberian orang tua ayahnya yang memang sangat jarang memberinya apa-apa. Radja menyodorkan map warna biru diatas meja, menggeser tepa