Bibir pucat dan kering itu menganga, lengkap dengan embun yang mulai turun membasahi kedua pipi. Bella terlihat kesusahan bernafas, hingga satu tangannya memukul pelan bagian dadaa. “Mbak, terima kasih sudah mau mambantu. Saya matikan dulu telponnya ya, assalamu’alaikum.” Dengan sopan Fano mematikan telpon setelah mendengar jawaban salam dari Rayna disebrang sana. Menaruh ponselnya diatas meja, sedikit beringsut, menatap Bella yang kini menangis tergugu. Tangis yang terdengar begitu menyayat hati. Siapa saja, bisa langsung menyimpulkan jika wanita cantik ini sedang dalam hati yang terluka. “Huhuhu ....” Bella menutup wajah dengan kedua telapak tangan. Benar-benar nggak nyangka jika ternyata Alan mengalami kelumpuhan. Lembut tangan Fano menyentuh bahu Bella, mengelusnya, sangat berharap