Yang mana saat itu, di kedai, detik itu juga Rahi mematung. Es krim yang baru saja masuk ke lambungnya berasa ingin dimuntahkan. Rahi membaca ulang balasan pesannya untuk Willis yang sudah dikirim, akibat tindakan buru-burunya hingga menghasilkan typo yang hakiki sekali. Andai pesan itu bisa ditarik, tapi sayang bukan i********:. Percuma, Willis pasti sudah baca. Mati. “Kenapa, Ra?” tanya Bian mencoba bersabar hati. Sejak tadi Rahi hanya sibuk dengan dunianya sendiri. Derita mengencani pacar orang, sudah tahu akibatnya, tapi Bian terlalu bebal. “Mati gue,” gumamnya mengabaikan pertanyaan Bian. Lelaki itu mendengkus samar. Rahi mengoceh sendirian, “Ah, nggak, cuma typo kok. Bukan apa-apa ini mah,” sugestinya. “Ra?” “Eh, iya, Say?” Rahi membuyarkan segala fokus dalam diri Bian. Lelaki it