Di sebuah ruang perawatan rumah sakit tampak seorang wanita setengah baya yang terbaring di ranjang perawatannya. Sedangkan di sampingnya tampak seorang gadis yang tampak tidur di samping wanita setengah baya itu. Perlahan mata sang wanita setengah baya mulai terbuka dan ia pun langsung melihat ke arah samping. Ia pun membelai kepala gadis itu. Ia sangat merasa bersalah karena tidak bisa menjadi ibu yang baik untuk gadis disampingnya yang ternyata adalah putrinya. Semejak ayah sang gadis meninggal hanya kesusahan hidup yang dapat gadis itu rasakan. Bahkan ketika ia menikah lagi, suaminya malah hampir memperkosa putrinya. Apalagi sejak peristiwa pemerkosaan itu ia harus pindah ke kampung halamannya karena ia tak mampu jika harus tinggal di ibukota yang sangat mahal biaya hidupnya. Untung saja sang putri tidak pernah mengeluh ketika mereka harus hidup susah. Bahkan ketika sang putri tidak bisa melanjutkan pendidikan sampai tingkat kuliah karena masalah ekonomi tak membuat sang putri patah semangat. Baginya mencari ilmu tidak harus di bangku kuliah dengan banyak membaca dan belajar dengan keadaan sekitar juga bisa menambah wawasan. Tapi ia tahu jika dalam hati sang putri ingin sekali bisa melanjutkan kuliah. Maka dari itu ketika di kampung halaman ia selalu menyusahkan sedikit uangnya untuk ditabung dan bisa digunakan untuk biaya kuliah putrinya. Saat di kampung ia hanya berjualan nasi di rumah ibunya yang bisa ditebak hasilnya tak begitu banyak. Tapi dengan berjualan nasi itu bisa cukup untuk makan mereka berdua. Selain itu setelah lulus SMA, putrinya memilih bekerja sebagai buruh pabrik di sebuah perusahan garmnet yang tak jauh dari rumah mereka. Setiap hari putrinya selalu bekerja dengan semangat dan gaji yang ia dapatkan pun lebih dari cukup untuk sekedar hidup mereka berdua. Karena kedua orang tuanya sudah meninggal dan rumah kedua orang tuanya diberikan olehnya dan juga putrinya untuk mereka tinggali.
Semua terasa baik-baik saja ketika satu tahun yang lalu dokter mendiagnosa bahwa ada masalah di jantungnya. Karena memang beberapa tahun terakhir ia sering merasakan nyeri di jantungnya. Dan selama setahun ini juga ia harus bolak-balik masuk rumah sakit karena kondisi tubuhnya yang memang tidak membaik. Hingga 6 bulan yang dokter sudah angkat tangan tidak bisa mengobatinya lagi. Dan memberi saran kepada dirinya untuk berobat ke kota dengan fasilitas yang lebih lengkap. Bahkan dokter juga memberikan referensi beberapa rumah sakit yang bisa ia datangi untuk pengobatan.
Berita itu tentu menjadi kabar buruk bagi dirinya dan juga sang putri. Karena mereka tahu jika pengobatan untuk penyakit jantung tidaklah murah. Dan bisa dikatakan sangat mahal. Tapi lama-lama penyakit jantung yang ia derita semakin membuat kondisi tubuhnya memburuk hingga mau tidak mau sang putri mengambil keputusan untuk membawa sang ibu pergi ke kota untuk berobat. Berbekal tabungan yang ia miliki akhirnya mereka memutuskan untuk pergi ke kota. Untung saja di rumah sakit yang sekarang menjadi tempat sang berobat ada sebuah fasilitas pengobatan gratis untuk pasien yang kurang mampu. Dan itu sangat di syukuri oleh mereka berdua. Tapi tetap saja walaupun biaya pengobatannya gratis tetap saja ada beberapa biaya yang tidak di cover oleh rumah sakit. Hingga akhirnya sang putri harus bekerja keras untuk bisa membayar tagihan rumah sakit dan juga biaya kehidupan sehari-hari mereka.
Sang putri yang tertidur di samping sang ibu pun perlahan membuka matanya dan menatap sang ibu dengan senyum yang cerah.
"Ini udah bangun? Ini butuh apa biar Anna yang ambilin," kata sang putri yang begitu sayang dengan sang ibu.
"Ibu ga butuh apa-apa kok. Kemarin kamu pulang jam berapa? Maaf ya ibu ketiduran jadi gak nungguin kamu pulang dari kerja," kata sang ibu dengan wajah yang menyesal.
"Gak pa-pa kok Bu. Kemarin habis dari rumahnya Alice aku harus nunggu sebentar soalnya papanya Alice belum pulang. Jadi aku nunggu sampai papanya Alice pulang baru aku pulang deh," kata Anna yang bangkit dari tidurnya dan meminum segelas air putih di dekat kamar perawatan sang ibu.
"Kayaknya Alice sayang banget sama kamu ya An? Dari cerita yang ibu dengar Alice suka banget sama kamu," kata sang ibu merasa aneh.
"Iya Bu mungkin karena Alice di rumah hanya tinggal sama pengasuhnya aja. Sedangkan sang papa kan sibuk kerja jadi terkadang pulang malam. Dan ibu tahu juga kan kalau mamanya Alice udah meninggal saat Alice di lahiran jadi mungkin dia kesepian. Jadi ya gak pa-pa lah sekali-kali buat Alice senang," kata Anna yang kembali duduk di samping sang ibu.
Lily adalah nama ibu dari Anna. Saat ini sang ibu sedang membelai wajah sang putri penuh cinta. Ia sangat beruntung memiliki putri seperti Anna. Tak pernah sedikitpun Anna mengeluh dengan keadaan yang mereka alami selama ini bahkan putrinya ini selalu berpikiran positif bahwa suatu saat mereka pasti akan merasakan kehidupan yang lebih bahagia lagi.
"Anna, maaf ya selama ini ibu belum bisa jadi ibu yang baik buat kamu. Belum bisa membuat kamu bahagia. Ibu juga belum bisa membiayai kuliah kamu padahal ibu tahu kamu sangat ingin kuliah lagi. Ibu hanya bisa menyusahakan kamu. Membiarkan kamu bekerja keras untuk bisa membiayai pengobatan ibu dan juga biaya hidup kita sehari-hari. Seharusnya di usia kamu yang sekarang kamu sudah bisa menikah ataupun meraih apapun yang kamu inginkan. Tapi kamu malah berakhir dengan merawat ibu," kata sang ibu dengan mata yang berkaca-kaca.
"Ibu kenapa sih ngomong kayak gitu. Aku gak pernah merasa terbebani merawat ibu selama ini. Atau harus bekerja keras untuk kesembuhan ibu. Karena kebahagian aku yang paling terbesar adalah melihat ibu bisa sembuh lagi. Dan aku akan melakukan apapun untuk bisa mencapainya. Kalau masalah yang lain biar aku aja yang mengurusnya. Yang paling penting sekarang ibu fokus sama kesehatan ibu agar kita bisa keluar dari rumah sakit ini dan jalan-jalan keluar. Ibu janji ya sama Anna berjuang untuk sembuh?" pinta Anna pada sang ibu.
Tanpa terasa air mata menetes dari mata Lily. Ia pun segera memeluk putrinya. Dan ia pun mengucapkan kata-kata iya berulang kali pada putrinya. Yang bisa ia lakukan adalah fokus dengan kesembuhannya agar tak membebani putrinya.
Sedangkan Anna pun membalas pelukan sang ibu. Ia tahu situasi yang ia hadapi bersama sang ibu tidaklah mudah karena ia harus bekerja mati-matian agar bisa melihat ibunya sembuh. Tapi ia tak akan pernah mengeluh karena baginya sang ibu adalah wanita paling penting dalam hidupnya dan ia akan melakukan berbagai cara agar melihat sang ibu sembuh.
Happy reading....