“So, you are here,” lamat-lamat Ryn mendengar suara yang teramat dikenalnya. Tubuh Ryn serasa membeku. Enggan dia memalingkan wajah ke arah asal suara. Andai bisa, betapa dia ingin lari sejauh mungkin dari tempatnya berada sekarang. “Ryn,” sapa suara itu lagi. Begitu lembut, dan kini terasa kian dekat dengannya. Ryn mengeluh dalam hati. Ryn terpaksa menengadahkan wajahnya. Dilihatnya, Azka telah tepat berada di sampingnya. Cukup sedetik mata mereka bertaut, karena Ryn langsung mengalihkan pandangan ke arah lain. Seakan alergi melihat Cowok itu. “Aku minta maaf. Tadi itu terlalu kasar. Maaf, maaf banget,” ucap Azka kalem. “Hm,” sahut Ryn pendek. Terkesan nyata betapa dia e